Senin, 23 Februari 2015

PEMAHAMAN HAKIKAT KARATE-DO GOJU-RYU SERTA SISTEM & KURIKULUMNYA

Satu

Pada awalnya di Okinawa terdapat tiga seni pertarungan (bujutsu) yang berbeda, dengan teknik masing-masing, yaitu Naha-Te di Kota Naha, dengan mahagurnya, Higanuma atau Higasyionna, Shuri-Te di Kota Shuri, dengan mahagurunya Matsumura, dan Tomari-Te di Kota Tomari.

Ketika tokoh-tokoh Naha-Te dan Shuri-Te hijrah ke Jepang, muncullah kesepakatan dari guru-guru yang datang dari Okinawa untuk menggunakan “satu nama” meskipun “teknik sama sekali berbeda”. Dipilihlah nama “Karate”,mula-mula berarti “ Tangan Cina”, yaitu “Kara” = Cina, dan “Te= tangan, tetapi  kemudian ketika politik “anti Cina” merebak di Jepang, makna Karate diganti menjadi “Tangan Kosong” yaitu “Kara” = diartikan kosong,dan “Te” = tangan.

Masing-masing aliran (“ryu”) seni pertarungan Jepang itu mengoleksi perbendaharaan teknik khas mereka ke dalam apa yang dinamakan “Kata”. Dan setiap perguruan dan liran, menempatkan “Kata” sebagai “jiwa dari alirannya” yang berbeda dengan aliran lain. Jenis-jenis Kata menjadi pembeda utama dari aliran –aliran Karate yang memang tadinya berasal dari berbagai seni pertarungan yang berbeda, yang kemudian hanya namanya yang disatukan, tetapi tekniknya dan prinsip-prinsipnya yang saling kontras satu sama lain tak mungkin bisa disatukan. Contohnya karateka aliran Goju (nama dulunya: sebelum menjadi Karate adalah Naha-Te) harus memukul dengan start kepalan dari bawah ketiak, berbeda dengan karateka Shotokan (nama dulunya sebelum menjadi Karate adalah Shuri-Te) yang harus memukul dengan start kepalan dari samping pinggang. Perbedaan itu muncul dari perbedaan prinsip yang juga tak mungkin dapat dipertemukan, yaitu Goju-Ryu menganut prinsip lingkaran, sedangkan Shotokan Ryu menganut prinsip “straight to the point” alias gerakan lurus langsung ke sasaran. Gaya “kumite” Goju-Ryu adalah gaya pertarungan jarak dekat , sedangkan gaya “kumite” Shotokan adalah gaya pertarungan jarak jauh.

Sejak ribuan tahun lalu hingga dewasa ini, seseorang diketahui berasal dari aliran atau perguruan Karate mana, terlihat dari jenis Kata yang mereka tampilkan.  Jadi “Kata” adalah ciri khas dari perguruan atau aliran mana seorang karateka berasal.

Mungkin saja ada jenis Kata Goju-Ryu yang namanya sama dengan Kata Aliran/Perguruan lain, tetapi cara memainkan serta makna “bunkai”nya  berbeda.

Berbeda halnya dengan “Kumite Shiai” (pertandingan), di mana dapat dipertemukan dan dirumuskan satu sistem pertandingan Kumite yang digunakan oleh seluruh perguruan atau aliran yang bernaung di bawah satu sistem, contohnya sistem WKF, menggunakan satu peraturan pertandingan yang seragam untuk seluruh atlet, dari perguruan manapun mereka berasal.


Dua

Go=Keras, Ju=Lunak, Ryu= Aliran, sedangkan Kai= Perguruan.
Pendiri Gojukai, Gogen Yamaguchi Sensei, belajar Goju-Ryu dari Chojun Miyagi Sensei, dan Gogen Yamaguchilah yang menyatukan butir-butir pelajaran yang esensial dengan mendirikan Federasi Karate-Do Gojukai se Jepang. Pelanjutnya saat ini, Saiko Shihan Goshi Yamaguchi memperkaya teknik-teknik tradisional Goju-Ryu dan kurikulum Goju-Ryu dengan kreasi-kreasinya sendiri, yang sebelumnya belum diajarkan oleh para pendahulunya, sehingga menambah ketertarikan orang untuk berlatih Goju-Ryu karena sistematika kurikulumnya yang hampir tidak ditemukan pada perguruan lain sebelumnya, meningkatkan spirit, Ki dan kemampuan tubuh.

Pada tahun 1951, Gogen Yamaguchi mendapat tingkatan “Ju Dan Hanshi” ( DAN 10) dari Master Chojun Miyagi.     Pada tahun 1964, Gogen Yamaguchi berpartisipasi membentuk the All Japan Karate-Do Federation.    Pada tahun 1965, Gogen Yamaguchi mendirikan International Karate-Do Gojukai dan menjadi presidennya.     Pada tahun 1969, Gogen Yamaguchi memperoleh penghargaan tertinggi dari Kaisar Jepang, yaitu “ Ranjuuho-sho” award.

International Karate-Do Gojukai Association (IKGA) didirikan oleh Shihan Gogen Yamaguchi ( Hanshi- Dan 10) sebagai Presiden pertama, ahli warisnya, Saiko Shihan Goshi Yamaguchi sebagai Presiden kedua. Tokoh kedua setelah Saiko Shihan Goshi Yamaguchi adalah Hanshi Hiromasa Kikuchi.

Karate-Do Gojukai Indonesia atau  IKGA Indonesia didirikan pada tanggal 15 Agustus 1967 oleh Sensei Drs. Setyo Harjono (almarhum), Dan 6 . Dewasa ini IKGA Indonesia Shibuchonya adalah Shihan Maskun Prasetia (Kyoshi- Dan 7 IKGA).

Shihan Kai IKGA Indonesia terdiri dari : Shihan Maskun Prasetia dan Shihan Musakir, Shihan Mahdi Shahab, Shihan Husni Yoesoef dan Shihan Budi Arianto

Tiga

Gojukai secara terprogram dan berkala, melaksanakan Seminar Teknik (“gashuku”) unuk kelompok pemegang tingkatan tinggi ( Dan 5 ke atas), juga secara terpisah melaksanakan secara berkala Seminar Teknik untuk para instruktur (Dan 2,3 serta 4), Seminar Teknik untuk para pemegang Kyu , dan secara rutin teratur melaksanakan latihan reguler di dojo masing-masing.Goju-ryu juga melaksanakan kelas khusus untuk karateka usia lanjut, yang berlatih karate Goju-Ryu untuk meningkatkan kesehatan mereka dan metode pernafasan Goju.

Jenis muatan latihan di dojo-dojo Gojukai di bawah afiliasi I.K.G.A (International Karate-Do Gojukai Association) dengan Presidennya, Saiko Shihan Goshi Yamaguchi, tidak sekadar berlatih teknik Karate pertandingan, tetapi juga berlatih Karate sebagai suatu kesenangan yang dijalani seumur hidup. Kita menginginkan anak-anak untuk belajar akal sehat (“common sense”)  melalui aktivitas berkelompok dan untuk memahami makna dari meningkatkan potensi dan kemampuan diri sendiri secara bertahap, dengan kedisiplinan tinggi dan ketegaran yang keras , bukan sekadar untuk menghadapi tantangan di arena pertandingan, tetapi juga untuk menyiapkan raga dan spirit menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan dalam kehidupan.

Kihon (Latihan dasar) Gojukai adalah dengan membuat kepalan, Joi dan menendang.
Lalu kita akan mulai tujuh jenis latihan dasar (kihon) : Tachikata (Cara berdiri) , Kamaekata (bentuk bentuk sikap tempur) , Ukekata (Jenis-jenis tangkisan) , Tsukikata (jenis-jenis tusukan) , Uchikata (jenis-jenis sabetan) , Atekata (jenis-jenis tumbukan) dan Kerikata (jenis-jenis tendangan).

Ada dua Kihon Waza (Teknik dasar) ; yang pertama yang digunakan dalam “Kata” dan yang lainnya digunakan dalam “Jiyu Kumite” (latihan pertarungan bebas).
Juga ada dua jenis Ido (gerakan kaki) : yang pertama adalah Unsoku untuk gerakan dasar (kihon)   ,sedang yang kedua adalah  Tenshin dan   Sabaki untuk Kumite.

Kihon Ido dilatih dengan menggunakan metode : Kihon Ido I, Kihon II, Oyo Ido, Shiho Ido, Juppo Ido, Hatsubo Ido dan variasi Ido lain.

Terdapat empat kelompok Kata Goju-Ryu, yaitu :
  1. Fukyu Kata (Junbi Kata) : kelompok Kata Persiapan .
  2. Kihon Kata ; kelompok Kata Dasar
  3. Kaishu Kata : kelompok Kata Tangan Terbuka
  4. Tokutei Kata : Kelompok Kata Luarbiasa (Kata khusus para Shihan)

Sanchin dan Tensyou adalah yang termasuk Kihon Kata. Ada dua pendapa tentang penempatan Kihon Kata dalam kurikulum Gojukai. Pendapat pertama yang menempatkan “Sanchin” mendahului Fukyu Kata (Junbi Kata), sedang “Tensyou” dilatih setelah mulai berlatih Kaishu Kata. Tetapi pendapat lain menempatkan latihan Sanchin dan Tensyou, setelah latihan Fukyu Kata. Kurikulum 2008 ini menggunakan pendapat kedua ini.

Di dalam Goju-kai, Kihon Kata terdiri dari pasangan Go Waza (teknik keras) dan Jyu Waza (teknik lunak).

Fukyu Kata terdiri dari sepuluh jenis “Taikyoku Kata” dan dua jenis “Geikisai Kata” .
Kaishu Kata terdiri dari : Saifua, Seiyunchin, Seipai, Sanseiru, Seisan, Shisouchin, Kururunfa dan Suparinpei.

Tokutei Kata terdiri dari empat jenis : Genkaku,  Chikaku, Tenkaku dan Okaku
Adapun keempat jenis Tokutei Kata ini hanya diajarkan untuk para Shihan (Renshi, Kyoshi dan Hanshi) dan dilarang untuk diajarkan kepada yang bukan Shihan dan dilarang untuk digunakan dalam even pertandingan Kata.

Terdapat tiga kelompok jenis latihan pertarungan (kumite),
  1. Kihon Kumite (latihan pertarungan dasar yang dilakukan di tempat/Heiko Dachi)
  2. Yakusoku Kumite terdiri dari ; Kihon Yakusoku Kumite,Neko Ashi Dachi Kihon Kumite, Ippon Kumite, Yonhon Kumite, Gohon Kumite Nanahon Kumite,Roppon Kumite, dan Ashi Barai Kumite, Taoshi Waza dan Owari Waza.
  3. Jiyu Kumite  terdiri dari : Heiko Ho, Ippoido Ho, Awase Kumite dan Jiyu Kumite.
  4. Teknik Tradisional : Osae, Sukui, Kawashi, Humi, dan Kenka
Seluruh latihan pertarungan dilakukan secara berpasangan dan membutuhkan perhatian terhadap kihon, timing, jarak (ma-ai) dan teknik-teknik yang lebih sulit dalam latihan.

Aplikasi dan makna setiap teknik yang terkandung dalam masing-masing Kata dilatih dalam latihan bunkai (aplikasi), yang metode latihannya ada dua jenis :

  1. Bunkai kata kumite : aplikasi setiap gerakan secara terpisah dalam Kata, yang diaplikasikan terhadap suatu situasi tertentu. Tiap teknik atau gerakan dalam masing-masing Kata, dapat diaplikasikan terhadap 1001 kemungkinan.
  2. Kata bunkai kumite : adalah suatu jenis “Kata” yang dilakukan berpasangan, yang gerakan keduanya sudah baku, baik gerakan “seme-te” (penyerang) maupun gerakan yang memainkan gerakan Kata , tidak bisa diubah ,demikian pula urut-urutannya. Terdiri dari : Kata Bunkai Geikisai I, Kata Bunkai Geikisai II, Kata Bunkai Saifua, Kata Bunkai Seiyunchin, Kata Bunkai Sanseiru, Kata Bunkai Seisan, Kata Bunkai Shisouchin, Kata Bunkai Kururunfa dan Kata Bunkai Supariunpei.


Goju-Ryu juga memilih metode latihan khas untuk melatih pergelangan yaitu :
a.Kote kitae
b.Kakate kitae
c. Kote awase (dilakukan sebagai aplikasi “Sanchin” dan “Tensyou” berpasangan).

Di dalam Goju-Ryu, yang terpenting adalah membangun kekuatan “kihon” (dasar) dan pernafasan.
Kita membutuhkan metode latihan yang cocok bagi Karate, dengan cara setiap hari berlatih untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan dan teknik (“Kihon Waza”) serta latihan Kata dengan memahami “Bunkai”nya.

Untuk menyempurnakan kekuatan dan kelenturan otot, mempertinggi stamina dan konsentrasi, maka juga dibutuhkan latihan tambahan atau Shumatsu Dosa berupa latihan penggunaan senjata tradisional seperti : Sai, Bo, Tonfa, Nunchaku, Kama, Nihonto, Shuriken, Yari dan Naginata. Setiap orang memilih menggunakan salah satu atau beberapa di antaranya yang dianggapnya cocok untuk dirinya.
Latihan tambahan lin yang sangat penting untuk melatih fokus, tenaga dan kecepatan adalah menggunakan makiwara (papan saran).
Latihan pernafasan dinamai : Ibuki, yang diekspressikan ke dalam tiga tahap :
  1. In  (menarik nafas dalam-dalam melalui hidung, dan berkonsentrasi membayangkan udara diserap ke “tanden” sekitar dua centimeter di bawah pusar.
  2. Yo  (menghembuskan nafas kuat-kuat dari mulut dengan suara keras, tetapi tidak berlebihan dan tidak dibuat-buat dan berkonsentrasi membayangkan udara didorong keluar dari “tanden”.
  3. Han In Yo  (tekanan terakhir nafas dikeluarkan dengan suara keras, tetapi tidak berlebihan dan tidak dibuat-buat),
Ketiga tahap itu dilakukan dengan mengencangkan seluruh otot di sekujur tubuh.
Kita juga memainkan Enbu dengan melakukan : Ju-ho, Go-ho, Goju-Ho dan Seido-Ho
  
Konsentrasi pada gerakan dan pernafasan memimpin latihan Kiko.

Sanchin dan Tensyou dinamakan “Ritsuzen”, dan postur berdiri dengan Sanchin-Dachi dan pernafasan yang membentuk keadaan mental “Tenchi-jin” adalah keadaan terbaik dari seorang murid Goju-Ryu.


Belakangan menjadi hal tak terelakkan, ketika karateka Gojukai akan bermain Bunkai dengan baik, mereka harus memiliki keterampilan ukemi waza, yang baik agar tidak cedera dan percaya diri melakukan ukemi dimasukkan untuk tingkat Kyu 7/6, dilatih setelah mereka memiliki Kihon yang memadai.

Tiga

Tingkatan Karate Goju-Ryu terdiri dari 10 level Kyu, mulai terendah Kyu-10 hingga tertinggi Kyu I, demikian juga 10 level DAN, mulai dari DAN I (Shodan) hingga DAN 10 (Judan).

Warna sabuk untuk pemegang tingkatan Kyu bervariasi, yang penting warna sabuk Kyu 10 adalah Sabuk Putih, dan warna sabuk Kyu III,II,I adalah sabuk coklat.

Warna sabuk untuk seluruh level pemegang tingkatan DAN (yudansha) adalah sabuk hitam . Jadi mulai Dan I hingga Dan 10 adalah Sabuk Hitam.

Untuk menjadi seorang asisten instruktur dan instruktur  Goju-Ryu, minimal bertingkat DAN II (Nidan), dan masih harus menempuh ujian khusus (yang terpisah dari ujian tingkatan DAN) untuk memperoleh sertifikat instruktur, yang berbeda dengan sertifikat tingkatan DAN nya.

Adapun derajat asisten instruktur dan instruktur adalah sebagai berikut :
a. Jun shidoin         : asisten instruktur yang bertingkat miniml DAN II (nidan)
b. Shidoin               : asisten instruktur yang bertingkat minimal DAN III (sandan)
c. Jokyo                   : instruktur yang bertingkat minimal DAN IV (yondan)

Kemudian ada lagi derajat Master  atau Shihan, yang juga untuk meraih derajat tersebut membutuhkan ujian khusus tersendiri dan kalau lulus mendapatkan sertifikat tersendiri, yang terpisah dari ujian tingkatan DAN dan terpisah dari sertifikat tingkatan DAN.
Derajat Shihan terdiri dari tiga level ,yaitu :

a. Renshi       :  minimal bertingkatan DAN V (Godan), tetapi tidak otomatis seorang
                         DAN V berstatus “renshi”, melainkan masih harus ujian khusus. Seorang
                         Master (“shihan”) berderajat “renshi” menggunakan sabuk Merah dan
                         Putih.

b. Kyoshi       :  minimal bertingkatan DAN VII (Nanahon Dan), tetapi tidak otomatis
                         seorang DAN VII ke atas  berstatus “kyoshi”, melainkan masih harus
                         ujian khusus. Seorang Master (“shihan”) berderajat “kyoshi”
                         menggunakan sabuk Merah dan Hitam.

c. Hanshi       : minimal bertingkatan DAN VIII (Hachi Dan) tetapi tidak otomatis
                         seorang DAN VIII ke atas berstatus “hanshi”  , melainkan masih harus
                         ujian khusus. Seorang Master (“shihan”) berderajat “hanshi”
                         menggunakan sabuk Merah.

Di setiap negara yang berafiliasi kepada I.K.G.A (International Karate-Do Gojukai Association) di Honbu Tokyo, selain memiliki organisasi internal lokal, contohnya di Gojukai Indonesia ada Pengurus Besar yang dipimpin Ketua Umum (kaicho) ,maka juga President I.K.G.A di Honbu I.K.G.A Tokyo mengangkat dengan sertifikat khusus seorang wakil resmi sebagai shibu-cho (kepala cabang) yang menjabat sebagai “Director IKGA” sekaligus “Chief Instruktur”. Kalau ada wakilnya, dinamakan fuku-shibucho.

Saat ini Shibucho I.K.G.A Indonesia adalah Shihan Achmad Ali , Kyoshi –Dan VII, didampingi Fuku Shibucho adalah Shihan Maskun Prasetia, Kyoshi- Dan VII.

Sedangkan di masing-masing negara, setiap instruktur resmi (yang memiliki sertifikat instruktur resmi) dinamakan dojo-cho. Jadi di Gojukai Indonesia, setiap instruktur di Pemprov dan Kabupaten berderajat “dojo-cho”.

Pakaian formal lengkap I.K.G.A dalam acara non-dojo adalah sepasang jas biru tua, dengan mengenakan dasi khusus I.K.G.A yang dikeluarkan Honbu, dan mengenakan “emblem kain I.K.G.A” di dada jas sebelah kiri dan logo emas I.K.G.A di bagian atas kiri jas.

Referensi : Kurikulum Dewan Guru Nasional Karate-Do Gojukai I.K.G.A Indonesia

4 komentar:

  1. Inspiratif dan sangat bermanfaat bagi para Kohai yg ingin berprestasi.

    BalasHapus
  2. Terimakasih sensei Eko.. sangat bermanfaat .

    BalasHapus
  3. Terimakasih Sensei, sangat bermanfaat sekali 👍👍

    BalasHapus

THE ENERGY of THE GOJUKAI KARATE-DO

  The Energy of The Gojukai Karate-Do   Introduction Karate-Do, born from the noble culture of Japanese society, has been developed by...