Sabtu, 18 April 2020

TETAP SEMANGAT MENJALANI LATIHAN MASA PRIHATIN COVID-19


Karate-Ka Gojukai DKI Jakarta Yang Kami Hormati,
Shihan, Sensei, Senpai & Para Pelatih

Selamat malam,

Semoga Shihan, Sensei, Senpai & Para Pelatih dan keluarga dalam keadaan / kondisi baik dan sehat wal a’fiat.


Saat ini kita tengah menghadapi kondisi yang kurang kondusif akibat penyebaran virus Covid-19. Pemerintah mengimbau kita semua untuk tetap berada dirumah dan menjaga jarak. Hal ini tentunya memberikan dampak besar pada kegiatan keseharian maupun aktivitas bisnis. Namun demikian, imbauan ini adalah langkah terbaik bagi kita semua untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.

Memahami kondisi saat ini, Gojukai DKI Jakarta mengajak rekan – rekan Karate-Ka Senior untuk selalu tetap bersemangat, positif, optimis  dan proaktif dalam menjaga kesehatan fisik dan mental melalui kegiatan latihan karate secara mandiri , serta tetap produktif selama berada di rumah.

Di saat work from home seperti ini, karena pilihan kita cuma olahraga di rumah ya jalankan saja di rumah. Sebagai seorang karate-ka olahraga bisa kita lakukan pastinya berolahraga dengan jalan berlatih karate yang salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan imun system dan memperbaiki mood karena terus-terusan di rumah

Sesuai dengan dengan tekad Gojukai DKI Jaya “Berkarya dan Berprestasi” dan, Gojukai DKI Jakarta tetap berkomitmen untuk tetap semangat dan menyemangati rekan – rekan Karate-Ka Senior (yudansha) kapan pun dan di mana pun untuk dapat mengisi waktu akhir pekan esok dengan   kegiatan latihan mandiri atau latihan  berbasis social media melalui fasilitas online atau lainnya.

Selama kondisi ini berlangsung, jangan lupa untuk menjalankan,
  1. Menjaga kebersihan, cuci tangan dengan sabun atau menggunakan handy sanitizer, memakai masker, menjaga jarak aman.
  2. Mengonsumsi makan sehat, minum air putih / teh hangat.
  3. Berolahraga, khususnya karate secara mandiri, dibawah sinar matahari pagi.
  4. Jaga pola istirahat / tidur.
  5. Stay at  Home dan lainnya


Tak lupa kami ucapkan terima kasih atas partisipasinya dalam  menyampaikan informasi – informasi melalui sosial  media WA, FB, IG dan lainnya tentang  kegiatan latihan karate mandiri dirumah dan informasi positif lainnya.  Semoga kita bersama-sama dapat melalui tantangan ini dan kembali bangkit menjadi lebih baik.

Salam Hormat,
Eko Yulianto
Sekum

AKTIVITAS BIJAK CEGAH COVID-19 DENGAN OLAHRAGA KARATE


Aktivitas Bijak Cegah COVID-19, 7 Dengan Olahraga Karate Saat Pandemi Virus Corona


Di tengah mewabahnya virus corona, semua orang diharuskan untuk tetap berada di rumah dalam rangka melakukan isolasi diri (self quarantine). Hal ini perlu dilakukan mengingat World Health Organization (WHO) telah mengonfirmasi kalau virus corona masuk ke dalam klasifikasi pandemi di mana semua orang bisa terinfeksi virus yang satu ini. 

Alhasil, segala kegiatan dilaksanakan dari rumah, mulai dari belajar, bekerja dengan konsep work from home, hingga olahraga sekalipun. Khusus olahraga karate yang kita cintai, ini sangat penting untuk tetap dilakukan / dilaksanakan / dijalani demi menjaga kebugaran tubuh. Olahraga karate bisa dilakukan dari dalam rumah tanpa perlu pergi keluar sehingga kemungkinan terjangkit virus corona berkurang.

Sayangnya, banyak rekan – rekan karateka dan pelatih yang mengurangi, bahkan meninggalkan kegiatan olahraga berlatih karate do, sehingga tanpa disadari stamina dan sistem kekebalan tubuhnya justru menurun. Padahal tujuan utama dari olahraga khususnya karate untuk membuat stamina tubuh tetap terjaga dan bugar di tengah-tengah pandemic COVID-19 ini.

Seperti sudah banyak dijalani oleh rekan – rekan karateka senior dan pelatih lainnya bahwa kita harus berolahraga khususnya olah raga karate do setidaknya 30-45 menitper sesi latihan. Itu merupakan waktu normal atau cukup untuk menjaga stamina dan kebugaran tubuh di tengah virus corona yang sedang melanda ini.

Olahraga karate do dengan beban ringan selain untuk mencegah COVID-19 juga bermanfaat untuk kesehatanlainnya, mencegah kolesterol, asam urat, jantung koroner, diabetes melitus karena akan memacu jantung bekerja lebih cepat dan memperlancar peredaran darah,"  selain itu dengan rajin berolahraga maka darah yang membawa oksigen, nutrisi dan beberapa mineral kebutuhan tubuh akan terdistribusi dengan baik keseluruhan tubuh, sehingga dapat mendorong percepatan regenerasi sel juga.

Tak perlu berlatih terlalu lama dan teknik yang "berat-berat", namun lebih kepada manfaat yang bakal diterima jika kita rutin dan disiplin melakukannya.

LAKUKAN 5 HAL
Bantu hentikan virus corona
  1. TANGAN Cuci lebih sering
  2. SIKU Untuk menutup mulut saat batuk
  3. WAJAH Jangan disentuh
  4. JARAK Jaga jarak aman
  5. RUMAH Usahakan di rumah saja




Selasa, 03 Maret 2020

13 TIPS MEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF ANTARA PELATIH & MURID.




13 Tips Membangun Komunikasi Yang Efektif Antara Pelatih dan Murid Dalam Program Latihan Karate.


Berkomunikasi dengan murid tentu diperlukan skill komunikasi yang baik. Hal itu dikarenakan setiap  murid punya karakter yang berbeda-beda sehingga untuk menyikapinya diperlukan trik khusus. Perlakuan terhadap  murid yang kurang cerdas tentu berbeda dengan bagaimana memperlakukan  murid cerdas di dojo.

Tapi bukan berarti  murid yang kurang cerdas harus dikesampingkan  hanya karena ia tidak bisa mengikuti program pelatihan yang diberikan. Untuk itulah diperlukan keterampilan komunikasi yang efektif. Lalu bagaimanakah komunikasi yang efektif antara pelatih dan  murid di dojo ?

1.    Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
Dalam proses pelatihan karate tidak jauh berbeda dengan pembelajaran disekolah, seorang pelatih hendaknya menggunakan bahasa dan kosa kata yang mudah dipahami oleh murid-muridnya (khususnya anak usia 6-12 tahun). Penggunaan kata yang tepat tentu baik juga untuk perkembangan murid (anak). Selain itu, lakukan penekanan dan penjelasan berulang-ulang pada apa yang menjadi kata kunci dari program pelatihan tersebut.

Sebisa mungkin berbicaralah dengan tempo yang tepat, yakni tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Bicara dengan tempo yang terlalu cepat akan membuat  murid jadi kurang bisa mencerna, menyimak, dan memahami, sedangkan tempo lambat bisa membuat  murid jadi mengantuk.

2.    Perhatikan penggunaan kata kata ‘kamu’ dan ‘saya’
Mengatakan ‘kamu’ kepada  murid terkesan menghakimi dan menempatkan mereka pada posisi defensive, yakni perasaan takut dan sering merasa terancam. Misalnya “kamu tidak bisa”. Tentu  murid akan merasa dihakimi dan itu hanya akan membuat mereka semakin malas. Sebaiknya jangan menyebut “kamu”, tetapi jauh lebih baik jika pelatih memanggil namanya. Beda halnya dengan penggunaan kata ‘saya’ yang lebih merefleksikan perasaan pembicara.

Misalnya “saya sedih saat ada murid saya yang tidak semangat mengikuti latihan bersama saya”. Kalimat kedua tentu lebih mengena pada perasaan si  murid sehingga lambat laun  murid yang tadinya malas berubah menjadi semangat dan termotivasi.

3.    Bersikap asertif saat menangani konflik
Sikap asertif adalah kemampuan menyelesaikan konflik di mana seseorang akan mengutarakan apa yang dirasakannya, meminta apa yang diinginkan dan menolak apa yang tidak diinginkan.


Pelatih karate yang bersikap asertif akan memperjuangkan apa yang benar dan mengubah prilaku yang salah tanpa adanya paksaan yang manipulatif. Maka dari itu, seorang pelatih karate sebaiknya mampu bersikap asertif saat menangani permasalahan dengan murid (peserta latihan).

4.    Hindari kata-kata yang terkesan menyalahkan murid
Dalam proses melatih dan berlatih, sebaiknya hindari penggunaan kata-kata yang terkesan menyalahkan murid, seperti mengkritik, memberi label, menceramahi dan sebagainya. Misalnya, ketika seorang  murid pretasi kurang maksimal pada sesi latihan, maka tidak perlu langsung mengkritiknya dan melabeli dia dengan sebutan ‘bodoh’.

Jika ada kasus seperti itu, maka sebaiknya tanyakanlah penyebab mengapa ia mendapat prestasi buruk. Karena kritik dan pemberian label seperti itu, hanya akan membuat  murid semakin merasa bersalah dan kehilangan kepercayaan diri.

5.    Jadilah pendengar yang baik
Seorang pelatih karate yang tidak hanya sibuk memberi arahan tapi juga mampu menjadi pendengar yang baik manakala siswanya memberikan pendapat tentu akan mendapat nilai plus tersendiri di mata para siswanya.

Murid yang diberi kesempatan mengajukan pertanyaan dan mengutarakan pendapat tentu akan senang bukan main. Hal itu karena ia merasa dihargai.  Jadi, menunjukkan perhatian dan memberi tanggapan yang positif adalah tindakan terbaik.

6.    Perhatikan komunikasi non verbal
Dalam proses program pelatihan, bukan hanya komunikasi verbal saja yang dibutuhkan tapi juga komunikasi non verbal. Gerakan seperti kening berkerut tanda berpikir keras atau menggelangkan kepala tanda menolak merupakan contoh komunikasi non verbal. Seorang pelatih karate sebaiknya juga harus bisa membaca hal tersebut. Misalnya ada seorang  murid yang melamun atau kurang memperhatikan pengarahan dalam pelatihan.

Hal itu menandakan bahwa  murid tersebut tidak fokus atau mungkin saja bosan / jenuh dengan materi pelatihan yang dibawakan oleh sang pelatih. Jika sudah begini, sang pelatihlah yang harus membaca situasi. Mungkin bisa memberikan selingan dengan memberikan sedikit permainan kecil yang menghibur / memotivasi.

7.    Ciptakan suasana yang menguntungkan
Sebagai seorang pelatih, hendaknya menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Karena komunikasi yang efektif berawal dari suasana yang bersahabat, terbuka dan dua arah.

Yakinkan mereka tentang manfaat apa yang dipetik dengan mempelajari dan berlatih karate yang sedang dijalankan. Dengan begitu, mereka akan tahu betapa pentingnya sebuah pembelajaran.

8.    Tanamkan sikap respek
Sebuah proses komunikasi tidak akan berjalan efektif jika tidak dibarengi dengan penghargaan. Penghargaan yang dimaksud di sini adalah sikap respek pelatih terhadap semangat dan usaha muridnya saat dating, menjalankan latihan hingga selesai.

Seorang pelatih karate yang melatih muridnya dengan rasa respek pada murid-muridnya tentu akan menerima umpan balik yang serupa dari mereka. Para  murid pun juga akan bersikap respek pada sang pelatih.

9.    Pahami kondisi siswa
Pelatih karate yang baik adalah pelatih yang tidak pernah memaksa murid-muridnya untuk mengikuti semua rencananya. Jika salah seorang  murid terlihat sedikit aneh, maka jangan langsung menegurnya apalagi menghentikan / mengistirahatkan semantara dari program latihan yang sedang dijalaninya di dojo.

Tunggulah saat jam istirahat tiba lalu panggil ia dan bicaralah empat mata. Tanyakan padanya alasan dia seperti itu, apa keluhanya, dan lain sebagainya.

10.     Tunjukkan sikap yang baik
Di era sekarang pada umumnya, kebanyakan  para  murid tidak ingin dilatih oleh pelatih karate yang galak dan pemarah. Mereka suka dengan pelatih karate yang menyenangkan dan murah senyum. Saat pembelajaran berlangsung, gunakanlah kata-kata yang sopan.

Ingatlah bahwa bukan hanya murid saja yang harus berprilaku sopan. Seorang pelatih karate pun juga harus sopan karena pelatihlah yang akan jadi contoh bagi murid-muridnya.

11.     Makna dari pesan harus jelas
Sepandai apapun seorang pelatih karate, tidak ada artinya jika murid-muridnya tidak mengerti apa yang ia sampaikan /ucapkan. Seorang pelatih karate harus jelas dalam menyampaikan bahan ajar, rencana latihan agar para  murid bisa lebih mudah mengerti, mengikuti dan menjalankan program latihan di dojo.

Hindari terlalu banyak penggunaan bahasa ilmiah. Sebaiknya gunakanlah bahasa yang sesuai dengan usia murid (anak usia 6 – 12 tahun). Berbicara pada murid yang baru duduk dibangku kelas 1 SD tentu berbeda saat berbicara dengan murid yang telah duduk dibangku kelas 3 SMA.


12.     Tanamkan sikap pengendalian diri
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa para  murid biasanya tidak begitu menyukai pelatih karate yang galak dan pemarah. Mereka tidak ingin belajar dalam suasana tekanan hanya karena takut dimarahi. Maka dari itu, sebagai seorang guru ada baiknya untuk menanamkan sikap pengendalian diri.

Didalam dojo tentu ada berbagai macam karakter murid. Jika ada murid yang menyebalkan, hindarilah bertengkar dengannya. Itu hanya akan terlihat kekanakan. Sebaiknya kendalikan diri sebaik mungkin agar tidak mudah terpancing emosi.

13.     Bersikap rendah hati
Seorang pelatih karate belum tentu lebih ahli, lebih pintar, lebih berpengalaman  dari murid-muridnya. Banyak juga  murid yang justru lebih cerdas dari pelatih itu sendiri. Jika sudah begini, sikap rendah hati sangat diperlukan. Hal itu bertujuan agar sang pelatih tidak merasa tersaingi oleh si murid. Saat pelatih karate merasa tersaingi, maka hilanglah tujuan dari komunikasi efektif itu.

Pesan pun tidak tersampaikan karena tujuan melatih yang awalnya ingin berbagi ilmu akhirnya berubah menjadi ingin pamer ilmu. Jadi, seorang pelatih karate harus memiliki karakter yang kuat sebelum membangun komunikasi yang efektif dengan peserta latihannya. Karena pelatih karate yang berkarakter juga akan menghasilkan anak didik yang berkarakter pula.

Semoga bermanfaat bagi yang membacanya.
 



Rabu, 12 Februari 2020

PENGENALAN DAN PELATIHAN OLAH RAGA KARATE UNTUK ANAK USIA DINI

PENGENALAN DAN PELATIHAN OLAH RAGA KARATE UNTUK ANAK USIA DINI

Oleh : Eko Yulianto

A.   Hakikat Anak Usia Dini

Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).

Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 7). Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.

Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 – 1.13) sebagai berikut.
1. Anak bersifat unik.
2. Anak mengekspresikan perilakunya secara relative spontan.
3. Anak bersifat aktif dan enerjik.
4. Anak itu egosentris.
5. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.
6. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa  petualang.
7. Anak umumnya kaya dengan fantasi.
8. Anak masih mudah frustrasi.
9. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak.
10. Anak memiliki daya perhatian yang pendek.
11. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial.
12. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

B. Karakteristik Cara Belajar Anak Usia Dini

Anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa dalam berperilaku. Dengan demikian dalam hal belajar anak juga memiliki karakteristik yang tidak sama pula dengan orang dewasa.    

Karakteristik cara belajar anak merupakan fenomena yang harus dipahami dan dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran untuk anak usia dini. Adapun karakterisktik cara belajar anak menurut Masitoh dkk. (2009: 6.9 – 6.12) adalah :
1. Anak belajar melalui bermain .
2. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya.
3. Anak belajar secara alamiah.
4. Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional.

Dalam hal ini yang dapat diadopsi oleh pelatih Karate sebagai berikut :
1. Anak belajar melalui bermain dengan peralatan dan alat peraga (baju, sabuk, hand protech, makiwara).
2. Anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya misalkan tentang warna sabuk dan lainnya.
3. Anak belajar secara alamiah melalui berbicang, bertanya dan mendapat jawaban.
4. Anak belajar paling baik jika apa yang dipelajarinya mempertimbangkan keseluruhan aspek pengembangan, bermakna, menarik, dan fungsional.
5. Waktu latihannya hanya 45 menit diselingi istirahat 2 kali.


C. Karakteristik Pelatihan Olahrag Karate untuk Anak Usia Dini

Kegiatan Pembinaan Olahraga Karate pada anak usia dini, ada dasarnya adalah pengembangan linguistik,  komunikasi verbal dan psikomotorik,   yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan perkembangan yang harus  dimiliki oleh anak.

Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pelatihan olah raga karate untuk anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut.

1.  Belajar  dan Bermain

Pelatihan  olah raga karate untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, dan  bermain, sehingga dapat diwujudkan sedemikian rupa dengan membuat anak aktif, senang, bebas.  Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia. Anak belajar berlatih karate dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar, anak menggunakan seluruh alat inderanya.

2.  Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan

Pelatihan  olah raga karate yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu : 1) berorientasi pada usia yang tepat, 2) berorientasi pada individu yang tepat, dan 3) berorientasi pada konteks social budaya.

Pelatihan  olah raga karate yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut.

Manusia merupakan makhluk individu. Perbedaan individual juga harus manjadi pertimbangan pelatih cerdas dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi harapan anak.

Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pelatihan olah raga karate berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak. Untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya.

D. Kriteria Pemilihan Strategi Pelatihan Olahraga Karate

Strategi pelatihan olah raga karate sebagai segala usaha pelatih dalam menerapkan berbagai metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Ada bermacam-macam strategi pembelajaran yang dapat dipilih oleh pelatih karate. Pemilihan strategi pelatihan hendaknya mempertimbangkan beberapa faktor penting, yaitu: a. karakteristik tujuan pelatihan, b. karakteristik anak dan cara belajarnya, c. tempat berlangsungnya kegiatan belajar, d. tema pembelajaran, serta  e. pola kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Agus Suprijono. (2009) Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
2. Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta:  Pusat Pnerbit Universitas Terbuka.
3. Slamet Suyanto. (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidiikan Tenaga Kependidikan dan Ketegagaan Perguruan Tinggi.
4. Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:  PT Indeks.
5. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Visimedia
6. Sumber : ttp://pgpaud.unpkediri.ac.id/index.php/web/detberita/berita/22

THE ENERGY of THE GOJUKAI KARATE-DO

  The Energy of The Gojukai Karate-Do   Introduction Karate-Do, born from the noble culture of Japanese society, has been developed by...