Selasa, 03 Maret 2020

13 TIPS MEMBANGUN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF ANTARA PELATIH & MURID.




13 Tips Membangun Komunikasi Yang Efektif Antara Pelatih dan Murid Dalam Program Latihan Karate.


Berkomunikasi dengan murid tentu diperlukan skill komunikasi yang baik. Hal itu dikarenakan setiap  murid punya karakter yang berbeda-beda sehingga untuk menyikapinya diperlukan trik khusus. Perlakuan terhadap  murid yang kurang cerdas tentu berbeda dengan bagaimana memperlakukan  murid cerdas di dojo.

Tapi bukan berarti  murid yang kurang cerdas harus dikesampingkan  hanya karena ia tidak bisa mengikuti program pelatihan yang diberikan. Untuk itulah diperlukan keterampilan komunikasi yang efektif. Lalu bagaimanakah komunikasi yang efektif antara pelatih dan  murid di dojo ?

1.    Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
Dalam proses pelatihan karate tidak jauh berbeda dengan pembelajaran disekolah, seorang pelatih hendaknya menggunakan bahasa dan kosa kata yang mudah dipahami oleh murid-muridnya (khususnya anak usia 6-12 tahun). Penggunaan kata yang tepat tentu baik juga untuk perkembangan murid (anak). Selain itu, lakukan penekanan dan penjelasan berulang-ulang pada apa yang menjadi kata kunci dari program pelatihan tersebut.

Sebisa mungkin berbicaralah dengan tempo yang tepat, yakni tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Bicara dengan tempo yang terlalu cepat akan membuat  murid jadi kurang bisa mencerna, menyimak, dan memahami, sedangkan tempo lambat bisa membuat  murid jadi mengantuk.

2.    Perhatikan penggunaan kata kata ‘kamu’ dan ‘saya’
Mengatakan ‘kamu’ kepada  murid terkesan menghakimi dan menempatkan mereka pada posisi defensive, yakni perasaan takut dan sering merasa terancam. Misalnya “kamu tidak bisa”. Tentu  murid akan merasa dihakimi dan itu hanya akan membuat mereka semakin malas. Sebaiknya jangan menyebut “kamu”, tetapi jauh lebih baik jika pelatih memanggil namanya. Beda halnya dengan penggunaan kata ‘saya’ yang lebih merefleksikan perasaan pembicara.

Misalnya “saya sedih saat ada murid saya yang tidak semangat mengikuti latihan bersama saya”. Kalimat kedua tentu lebih mengena pada perasaan si  murid sehingga lambat laun  murid yang tadinya malas berubah menjadi semangat dan termotivasi.

3.    Bersikap asertif saat menangani konflik
Sikap asertif adalah kemampuan menyelesaikan konflik di mana seseorang akan mengutarakan apa yang dirasakannya, meminta apa yang diinginkan dan menolak apa yang tidak diinginkan.


Pelatih karate yang bersikap asertif akan memperjuangkan apa yang benar dan mengubah prilaku yang salah tanpa adanya paksaan yang manipulatif. Maka dari itu, seorang pelatih karate sebaiknya mampu bersikap asertif saat menangani permasalahan dengan murid (peserta latihan).

4.    Hindari kata-kata yang terkesan menyalahkan murid
Dalam proses melatih dan berlatih, sebaiknya hindari penggunaan kata-kata yang terkesan menyalahkan murid, seperti mengkritik, memberi label, menceramahi dan sebagainya. Misalnya, ketika seorang  murid pretasi kurang maksimal pada sesi latihan, maka tidak perlu langsung mengkritiknya dan melabeli dia dengan sebutan ‘bodoh’.

Jika ada kasus seperti itu, maka sebaiknya tanyakanlah penyebab mengapa ia mendapat prestasi buruk. Karena kritik dan pemberian label seperti itu, hanya akan membuat  murid semakin merasa bersalah dan kehilangan kepercayaan diri.

5.    Jadilah pendengar yang baik
Seorang pelatih karate yang tidak hanya sibuk memberi arahan tapi juga mampu menjadi pendengar yang baik manakala siswanya memberikan pendapat tentu akan mendapat nilai plus tersendiri di mata para siswanya.

Murid yang diberi kesempatan mengajukan pertanyaan dan mengutarakan pendapat tentu akan senang bukan main. Hal itu karena ia merasa dihargai.  Jadi, menunjukkan perhatian dan memberi tanggapan yang positif adalah tindakan terbaik.

6.    Perhatikan komunikasi non verbal
Dalam proses program pelatihan, bukan hanya komunikasi verbal saja yang dibutuhkan tapi juga komunikasi non verbal. Gerakan seperti kening berkerut tanda berpikir keras atau menggelangkan kepala tanda menolak merupakan contoh komunikasi non verbal. Seorang pelatih karate sebaiknya juga harus bisa membaca hal tersebut. Misalnya ada seorang  murid yang melamun atau kurang memperhatikan pengarahan dalam pelatihan.

Hal itu menandakan bahwa  murid tersebut tidak fokus atau mungkin saja bosan / jenuh dengan materi pelatihan yang dibawakan oleh sang pelatih. Jika sudah begini, sang pelatihlah yang harus membaca situasi. Mungkin bisa memberikan selingan dengan memberikan sedikit permainan kecil yang menghibur / memotivasi.

7.    Ciptakan suasana yang menguntungkan
Sebagai seorang pelatih, hendaknya menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Karena komunikasi yang efektif berawal dari suasana yang bersahabat, terbuka dan dua arah.

Yakinkan mereka tentang manfaat apa yang dipetik dengan mempelajari dan berlatih karate yang sedang dijalankan. Dengan begitu, mereka akan tahu betapa pentingnya sebuah pembelajaran.

8.    Tanamkan sikap respek
Sebuah proses komunikasi tidak akan berjalan efektif jika tidak dibarengi dengan penghargaan. Penghargaan yang dimaksud di sini adalah sikap respek pelatih terhadap semangat dan usaha muridnya saat dating, menjalankan latihan hingga selesai.

Seorang pelatih karate yang melatih muridnya dengan rasa respek pada murid-muridnya tentu akan menerima umpan balik yang serupa dari mereka. Para  murid pun juga akan bersikap respek pada sang pelatih.

9.    Pahami kondisi siswa
Pelatih karate yang baik adalah pelatih yang tidak pernah memaksa murid-muridnya untuk mengikuti semua rencananya. Jika salah seorang  murid terlihat sedikit aneh, maka jangan langsung menegurnya apalagi menghentikan / mengistirahatkan semantara dari program latihan yang sedang dijalaninya di dojo.

Tunggulah saat jam istirahat tiba lalu panggil ia dan bicaralah empat mata. Tanyakan padanya alasan dia seperti itu, apa keluhanya, dan lain sebagainya.

10.     Tunjukkan sikap yang baik
Di era sekarang pada umumnya, kebanyakan  para  murid tidak ingin dilatih oleh pelatih karate yang galak dan pemarah. Mereka suka dengan pelatih karate yang menyenangkan dan murah senyum. Saat pembelajaran berlangsung, gunakanlah kata-kata yang sopan.

Ingatlah bahwa bukan hanya murid saja yang harus berprilaku sopan. Seorang pelatih karate pun juga harus sopan karena pelatihlah yang akan jadi contoh bagi murid-muridnya.

11.     Makna dari pesan harus jelas
Sepandai apapun seorang pelatih karate, tidak ada artinya jika murid-muridnya tidak mengerti apa yang ia sampaikan /ucapkan. Seorang pelatih karate harus jelas dalam menyampaikan bahan ajar, rencana latihan agar para  murid bisa lebih mudah mengerti, mengikuti dan menjalankan program latihan di dojo.

Hindari terlalu banyak penggunaan bahasa ilmiah. Sebaiknya gunakanlah bahasa yang sesuai dengan usia murid (anak usia 6 – 12 tahun). Berbicara pada murid yang baru duduk dibangku kelas 1 SD tentu berbeda saat berbicara dengan murid yang telah duduk dibangku kelas 3 SMA.


12.     Tanamkan sikap pengendalian diri
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa para  murid biasanya tidak begitu menyukai pelatih karate yang galak dan pemarah. Mereka tidak ingin belajar dalam suasana tekanan hanya karena takut dimarahi. Maka dari itu, sebagai seorang guru ada baiknya untuk menanamkan sikap pengendalian diri.

Didalam dojo tentu ada berbagai macam karakter murid. Jika ada murid yang menyebalkan, hindarilah bertengkar dengannya. Itu hanya akan terlihat kekanakan. Sebaiknya kendalikan diri sebaik mungkin agar tidak mudah terpancing emosi.

13.     Bersikap rendah hati
Seorang pelatih karate belum tentu lebih ahli, lebih pintar, lebih berpengalaman  dari murid-muridnya. Banyak juga  murid yang justru lebih cerdas dari pelatih itu sendiri. Jika sudah begini, sikap rendah hati sangat diperlukan. Hal itu bertujuan agar sang pelatih tidak merasa tersaingi oleh si murid. Saat pelatih karate merasa tersaingi, maka hilanglah tujuan dari komunikasi efektif itu.

Pesan pun tidak tersampaikan karena tujuan melatih yang awalnya ingin berbagi ilmu akhirnya berubah menjadi ingin pamer ilmu. Jadi, seorang pelatih karate harus memiliki karakter yang kuat sebelum membangun komunikasi yang efektif dengan peserta latihannya. Karena pelatih karate yang berkarakter juga akan menghasilkan anak didik yang berkarakter pula.

Semoga bermanfaat bagi yang membacanya.
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

THE ENERGY of THE GOJUKAI KARATE-DO

  The Energy of The Gojukai Karate-Do   Introduction Karate-Do, born from the noble culture of Japanese society, has been developed by...