Kamis, 28 September 2017

BIMBINGAN KONSELING - KARAKTERISTIK BIMBINGAN DAN KONSELING SD


Keunikan kepribadian seorang anak membuat kita sebagai orang dewasa harus benar-benar paham akan bagaimana cara untuk memahami seorang anak. Setiap anak berbeda baik dari segi kemampuan hingga kelemahan yang dimilikinya dan hal itu merupakan potensi yang harus dikembangkan untuk menjadi bekal hidupnya kelak. Berhubungan dengan anak sebagai pribadi yang unik, maka setiap pribadi pasti memiliki masalah, tidak terkecuali seorang anak.  Masalah-masalah tersebut adalah yang berhubungan dengan aspek belajar, sosial, maupun dirinya sendiri, baik di lingkungan keluarga dimana ia tumbuh dan berkembang maupun di lingkungan sekolah yang merupakan instansi ke dua bagi anak untuk menghabiskan waktunya sehari-hari.

Anak sebagai peserta didik merupakan pribadi-pribadi yang unik, sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan mempunyai berbagai macam kebutuhan dan dinamika dalam interaksinya dengan lingkungan sekitar. Pada diri anak senantiasa terjadi adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Hal tersebut merupakan aspek-aspek psikologis dalam pendidikan yang bersumber dari dalam diri anak sehingga menuntut adanya pendekatan psikologis untuk memfasilitasi perkembangan anak  tersebut.

Oleh karena itu, bimbingan konseling memiliki andil yang sangat besar dalam membantu setiap peserta didik agar dapat mandiri dan dapat berkembang secara optimal, dan dalam hal permasalahan dalam belajar siswa, bimbingan konseling turut berperan dalam membantu proses dan pencapaian tujuan pendidikan. Namun, masih sangat dirasakan bahwa memberikan layanan bimbingan dan konseling untuk anak agak sulit. Disamping melihat dari segi kematangannya, konselor juga harus ingat bahwa anak memiliki karakteristik khusus maka dalam pemberian layanan pun harus disesuaikan.

Bimbingan dan konseling kelompok, merupakan wahana efektif yang bisa menjadi pilihan konselor untuk memberi layanan bimbingan konseling pada anak. Anak-anak sering berinteraksi dengan lingkungan, dan anak-anak juga biasanya menghabiskan banyak waktu dengan saling berinteraksi dalam kelompok, maka diperlukan pengaturan ideal untuk menempatkan bimbingan sebagai media informasi atau bisa juga pencegahan dan konseling sebagai peran kuratifnya agar anak dapat berinteraksi dengan baik . (Campbell, 1993; Gumaer, 1984)dan menyesuaikan diri dengan baik pula dalam rangka menguasai tugas perkembangannya. Hal-Hal paling mendasar yang mendasari prinsip berhadapan dengan anak-anak dalam kelompok adalah pada lingkungan alami masa kanak-kanak dan penyesuaian terhadap karakteristik dan masalah anak.

Di Sekolah Dasar dan Sekolah menengah (di mana kebanyakan anak-anak usianya di bawah 14 tahun), bimbingan kelompok digunakan untuk membantu anak-anak tidak hanya mempelajari keterampilan baru tetapi juga memiliki kesadaran akan nilai-nilai, prioritas, dan masyarakat. Kelompok kecil memberi anak untuk " menyelidiki dan membahas lingkungan sosial dan tantangan emosional dengan orang lain yang sedang mengalami perasaan yang sama" (Campbell& Bowman, 1993, p. 1;3). Sebagai Contoh, konseling kelompok diberikan kepada anak-anak yang mempunyai life-event khusus yang berhubungan seperti kerugian dari orangtua akibat perceraian (Gwynn dan Brantley, 1987; Yaumann, 1991) atau tidak berhasil dalam nilai/kelas (Boutwell& Myrick, 1992). Konseling kelompok juga untuk anak-anak yang mempunyai permasalahan perilaku " seperti perkelahian yang berlebihan, ketidak-mampuan untuk bergaul akrab, ledakan yang kejam, kelelahan yang kronis, ketiadaan pengawasan di rumah, dan melalaikan penampilan" (Corey, 1990, p. 9).

Dalam pelaksanaannya bimbingan konseling kelompok anak memang memerlukan keterampilan khusus, namun, yang lebih sering digunakan dan populer adalah menggunakan konseling bermain, brain gym, atau teknik exercise-exercise ringan. Movement exercise menjadi pilihan penulis untuk memberikan bimbingan dan konseling kelompok pada anak, mengingat karakteristik anak yang aktif dan banyak bergerak, maka movement exercise ini dimungkinkan agar anak menikmati dan berperan aktif dalam proses bimbingan dan konseling kelompok ini.

Karakterisik Bimbingan Konseling Terhadap Anak SD

A.       Karakteristik Konseling :
1.      Konseling adalah hubungan dalam suasana belajar mengajar
2.      Hubungan antara konselor dan konseli adalah hubungan tatap muka
3.      Konseling dilaksanakan untuk mengatasi masalah
4.      Konseling bertujuan untuk mengenali diri sendiri, menerima diri secara realistis, dan mengembangkan tujuan, dapat memutuskan plihan, dan menyusun rencana yang lebih bjaksana sehingga dapat berkembang secara konstruktif dilingkungannnya.
5.      Konseling memberi bantuan kepada individu untuk mengembangkan pengetahuan, kesehatan mental, serta perubahan sikap dan prilaku.

B.        Karakteristik Bimbingan di Sekolah Dasar

Pemerintah secara formal telah memberikan dasar acuan pelaksanaan bimbingan dan konselilng di sekolah dasar dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990, sbagai kelanjutan dan penyempurnaan aturan-aturan yang sebelumnya , sepeti kurikulum 1975 buku IIIC dan Pedoman Pelaksaan Bimbingan di Sekolah Dasar Tahun 1987. Hal ini dilakukan karena pelaksaan bimbingan disekolah dasar pada kenyataannya berbeda dengan pelaksaan pada sekolah menengah,baik SLTP maupun SMU terutama yang berkaitan dengan fingsi guru sebagai pembimbing.

Beberapa factor penting yang membedakan bimbingan konseling disekolah dasar dengan skolah menengah, dikemukakan oleh Dinkmeyer dan Caldwell (Suherman AS, 200:21-23) yaitu :
1)      Bimbingan di sekolah dasar lebih menekankan akan peranan guru dalam fungsi bimbingan;
2)      Fokus bimbingan di sekolah dasar lebih menekan pada pengembangan pemahaman diri, pemecahan masalah, dankemampuan hubungan secara efektif dengan orang lain;
3)      Bimbingandi sekolahdasar lebih banyak melibatkan orang tua murid, mengingat pentingnya pengaruh orang tua dalam kehidupan anak selama di sekolahdasar;
4)      Bimbingan di sekolah dasar hendaknya memahami kehidupan anak secara unik;
5)      Program Bimbingan di sekolah dasar hendaknya peduli pada kabutuhan dasar anak, seperti kebutuhan untuk matang dalam pemahaman dan penerimaan diri, serta menerima kelebihan dan kekurangannya.

Program bimbingan di sekolah dasar meyakini bahwa usia sekolah dasar merupakan tahapan yang sangat penting  dalam tahapan perkembangan anak.

Melihat karakteristik bimbingan konseling di sekolah dasar muncul sebagai konsekuensi logis dari karakteristik dan masalah perkembangan murid sekolah dasar itu sendiri. Karena itu, memahami karakteristik di sekolah dasar itu sendiri. Karena itu, memahami karakteristik murid sekolah dasar merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan layanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Begitu pula sentral layanan bimbingan dan konseling akan terpusat pada pemberdayaan kualitas fungsi guru sebagai pembimbingnya.

C.       Karakteristik Anak Berbakat

Sebagai makhluk social, anak berbakat mengalami pertunbuhan dan perkembangan yang sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat, pemikiran , sikap dan aktivitas. Ditinjau dari segi budaya anak berbakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi tingkat kebudayaan yang mereka dalam  memperoleh pengalaman budaya.

Untuk mengenali karakteristik anak berbakat dapat dilihat dari beberapa segi, diantaranya :
1)      Potensi
2)      Cara mengahadapi masalah
3)      Prestasi

Selain karakteristik anak berbakat juga dapat dilihat dari tanda-tanda umum dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Anak berbakat cenderung memiliki bakat istimewa yang sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak, karena ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya anak usia 4 tahun dapat bemain dengan anak seusianya tetapi dalam kegiatan akademis seperti anak usia yang jauh dari usia sebenarnya. Mengapa hal ini terjadi?, hal ini terjadi karena anak berbakat cenderung mempuyai cara pemikiran yang berbeda dari teman-teman seusianya.

D.       Kerja Kelompok Dengan Sasaran Anak-Anak

Penanganan kelompok anak memerlukan pengetahuan khusus tentang perkembangan manusia khususnya anak dan teori kelompok (dinamika kelompok dan proses kelompok). Pemimpin kelompok dituntut mampu beradaptasi dengan tingkatan social, emosional, fisikal dan intelektual anak serta memiliki kemampuan menggunakan teknik verbal maupun non verbal.

Kelompok anak berfungsi mempromosikan kesiapan dan kemampuan anak untuk belajar, keterampilan – keterampilan khusus/ baru, keterampilan hidup dan mengoreksi kondisi-kondisi yang tidak sehat, pengembangan sumber data atau  potensi anak, mengembangaan kesadaran akan nilai, prioritas dan lingkungan ; mengeksplorasi dan menghadapi  tantangan sosial dan emosional serta memperoleh pengalaman mengelola perasaan, bantuan terhadap permasalahan perilaku, kehidupan yang sehat serta pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Kelompok anak disebut sebagai bimbingan kelompok atau pendidikan-psikologis, konseling dan psikoterapi kelompok. Kelompok anak dilakukan dalam adegan sekolah dan di luar sekolah.

Tipe kelompok anak tergantung pada faktor perkembangan dan bukan perkembangan (Yussi,2003). Kelompok anak dibedakan atas tiga tipe. Pertama, kelompok yang dibentuk khusus untuk  pemberian informasi. Pemimpin kelompok berfungsi sebagi  guru dan bekerja sama secara langsung dengan guru . Tipe ini efektif untuk membantu anak mempelajari perilaku yang tidak tepat , mempelajari cara baru yang lebih mudah untuk berinteraksi dan memperoleh timbal balik yang aman serta situasi praktis. Teknik yang digunakan adalah diskusi dan bermain peran. Tipe ini lebih bersifat bimbingan kelompok dan pendidikan – psikologis.

Tipe kelompok yang kedua adalah kelompok yang dibentuk dalam rangka peningkatan keterampilan dan kesadaran dalam lingkup personal dan interpersonal termasuk didalamnya nilai, sikap, keyakinan, kematangan social dan perkembangan karir. Tipe ini bersifat remediatif yang berhubungan dengan konsep diri, keterampilan komunikasi, hubungan interpersonal, pemecahan masalah, keterampilan akademik, keterampilan komunikasi dan pengembangan nilai. Tipe ini bersifat konseling kelompok dan psikoterapi. Tipe yang ketiga merupakan aktifitas gabungan dua tipe sebelumnya, yakni dengan perhatian terhadap banyak dimensi spesifik.

Tahapan bimbingan kelompok dilakukan dengan akronim SIPA yaitu structuring (S), yakni konselor menjelaskan panduan kegiatan ; involvement (I), yakni anggota kelompok aktif berpartisipasi; processing (P), yakni berbagai ide serta awareness (A), yaitu mengkonsolidasikan apa yang telah dipelajari.

Kegiatan bimbingan dan konseling berfungsi mempromosikan pemahaman diri dan orang lain. Program bimbingan di dalam kelas disebut program DUSO-R (Developing understanding of self and other-revised. Teknik dalam bimbingan dan pendidikan-psikologis kelompok harus bervariasi dengan memperhatikan penggunaan fantasi, berfokus pada perilaku yang harus dikembangakan/ ditingkatkan, menciptakan pandangan positif tentang diri serta bekerja dengan visualisasi.

Konseling kelompok dalam adegan sekolah secara esensial berfugsi menumbuhkan kesehatan mental. Konseling kelompok membantu anak belajar tentang diri dan orang lain dalam interaksi yang terstruktur. Tiga pendekatan dalam konseling kelompok dapat dibedakan, yaitu: Pendekatan kelompok pusat krisis, yaitu kelompok dengan konflik diantara anggota kelompok; dalam hal ini individu ditantang untuk memahami situasi dan berpikir tentang solusi yang mungkin dilakukan.

Pendekatan yang kedua adalah pendekatan kelompok pusat permasalahan, yaitu sebuah kelompok kecil yang memusatkan perhatian pada satu permasalahan. Teknik bermain peran digunakan pada tahapan ini. Kelompok yang sama adalah kelompok persahabatan dengan focus perilaku menyimpang, kekurangan keterampilan social dan penampilan persahabatan yang praktis.

Pendekatan yang ketiga adalah kelompok pusat pertumbuhan yang berfokus pada perkembangan social dan pribadi siswa. Kelompok bertujuan untuk mengeksplorasi perasaan, perhatian dan perilaku setiap hari.

E.        Konseling Untuk Perubahan Tingkah Laku

Seorang klien yang datang dengan kondisi psikologis tidak stabil, cenderung bersifat destruktif. Kondisi psikologis yang buruk menyebabkan cara berpikirnya pun irasional. Selanjutnya, manifestasi dari pikiran irasional menyebabkan tingkah laku yang irasional pula. Maka, di sinilah seorang konselor berperan mengubah tingkah laku irasional menjadi rasional kembali.

Perubahan tingkah laku merupakan proses yang aktif dan bereaksi dalam semua situasi yang ada pada klien. Itu berarti bahwa proses perubahan tingkah laku diarahkan pada tujuan dan proses berbuat melalui situasi yang ada pada klien. Ada beberapa teori perubahan tingkah laku berdasarkan pada aliran psikologi yang melandasinya, seperti berikut ini :

1.      Teori Perubahan Tingkah Laku Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan dalam memahami perilaku individu. Behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam belajar. Teori perubahan tingkah laku behaviorisme ini merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan klien mempunyai pengalaman baru.

2.      Teori Perubahan Tingkah Laku Kognitif
Menurut Piaget, perubahan tingkah laku akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Konselor hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, serta mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

3.      Teori Perubahan Tingkah Laku Gestalt
Transfer dalam perubahan tingkah laku adalah pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer perubahan tingkah laku terjadi dengan jalan melepaskan pengertian objek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Konselor hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

4.      Teori Perubahan Tingkah Laku Konstruktivisme
Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif (mental). Untuk itulah manusia harus mengembangkan skema pikiran yang lebih umum atau rinci. Proses perkembangan tersebut meliputi beberapa hal berikut :
a.       Skema, yakni struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam berinteraksi dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori untuk mengidentifikasi rangsangan yang akan datang dan terus berkembang.
b.      Asimilasi, yakni proses kognitif dalam bentuk perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.
c.       Akomodasi, yaitu proses pembentukan skema, atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
d.      Equilibrium, yaitu keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skema). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.

F.     Hubungan Konseling

Hubungan dalam konseling bukan hubungan biasa, melainkan sengaja diciptakan oleh konselor dengan maksud membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien. Hubungan yang bersifat membantu ini akan berhasil dengan baik apabila klien percaya sepenuh hati kepada konselor bahwa konselor adalah orang yang tepat bisa mengatasi masalahnya. Tanpa adanya kepercayaan dari klien terhadap konselor, jangan diharap adanya keterbukaan dari klien tentang permasalahannya kepada konselor.

Untuk menciptakan hubungan yang baik, seorang konselor perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan berkomunikasi yang baik. Ada beberapa keterampilan komunikasi yang mungkin bisa dikembangkan oleh seorang konselor, di antaranya adalah sebagai berikut :
1.      Rapport, yaitu hubungan baik yang perlu diciptakan oleh konselor dalam keseluruhan proses konseling. Konselor perlu menjelaskan tujuan dan rambu-rambu konseling yang perlu disepakati bersama klien. Konselor perlu memahami harapan klien dalam konseling, dan sebaliknya klien juga perlu memahami harapan konselornya.

2.      Empati, konselor harus menciptakan kebersamaan dengan klien, berjalan bersama-sama, mengikutinya, mengarahkan, dan membimbingnya dalam menghadapi masalah. Konselor juga wajib bersifat hangat, terbuka, bersahabat, peduli dan jujur, serta objektif dalam memandang permasalahan klien.

3.      Acceptance, konselor senantiasa menerima dan menghargai klien apa adanya dan tanpa syarat. Konselor memiliki pandangan positif tentang klien bukan berarti bahwa konselor setuju dan menerima begitu saja nilai-nilai dan pandangan hidup klien. Tetapi, yang utama adalah kemampuan konselor menerima klien apa adanya, menghargainya sebagai pribadi, tidak menghakimi perilakunya, dan tidak mencoba mempengaruhi klien dengan pandangan dan nilai-nilai hidup konselor.

4.      Congruence, konselor harus bisa menjadi dirinya sendiri seutuhnya, memiliki harmoni dalam keseluruhan aspek hidupnya, menyadari keterbatasan diri, tidak berpura-pura dalam bersikap, dan tidak mencoba menutupi kenyataan tentang dirinya. Bersikap jujur terhadap diri sendiri dan klien, serta konsisten antara kata dan perbuatan.

Konselor diharapkan pula dapat memiliki sense of humor, self discipline, self responsibility, danpositive self concept. Selain itu, konselor harus memiliki pengetahuan, wawasan, dan pemahaman tentang karakteristik perkembangan manusia, berpikir dan bersikap kreatif, dan bersikap aktif dalam mengembangkan komunikasi.

G.       Konseling Sebagai Bantuan

Tidak ada seorang manusia pun yang tidak membutuhkan bantuan dari orang lain. Menurut Lewis, alasan-alasan pokok seorang selalu membutuhkan konseling, yaitu :
1)      Seseorang mengalami semacam ketidakpuasan pribadi, dan tidak mampu mengatasi atau mengurangi ketidakpuasan tersebut.
2)      Seseorang memasuki dunia konseling dengan kecemasan, cemas memandang proses konseling itu sebenarnya seperti apa, bagaimana, dan macam-macam dugaan.
3)      Seseorang yang membutuhkan konseling itu sebenarnya tidak mempunyai gambaran yang jelas tentang sesuatu yang mungkin terjadi.

Konseling sebagai sebuah proses pemberian bantuan kepada individu dilaksanakan melalui berbagai macam layanan. Tujuannya adalah tetap memberikan konseling dengan cara-cara yang lebih menarik, interaktif, dan tidak terbatas oleh tempat, tetapi juga tetap memperhatikan asas-asas dan kode etik dalam bimbingan dan konseling. Konseling mengandung makna proses antar pribadi yang berlangsung melalui saluran komunikasi verbal dan non-verbal.

Konseling berbeda dengan bimbingan, namun memiliki tingkat kesesuaian yang tercakup dalam bimbingan konseling. Bimbingan adalah relasi yang bertujuan menolong individu dari ketidakpahaman dan ketidaktahuannya dalam menghadapi sebuah permasalahan. Sedangkan konseling bertujuan menyelesaikan permasalahan setuntas-tuntasnya, agar individu mendapatkan informasi dan orientasi dari langkah yang akan dilakukan dalam menghadapi permasalahannya baik itu masalah pribadi, sosial, pekerjaan, pendidikan, karier, dan masih banyak lagi lainnya. Kesamaannya terletak pada tujuan untuk semakin mengembangkan individu tersebut dalam setiap aspek-aspek kehidupannya.

Pelayanan BK di sekolah lebih menekankan pada cinta kasih, dengan cinta kasih, seorang konselor lebih empati kepada kliennya. Relasi menjadi lebih baik, hangat, penuh penerimaan antara konselor dengan klien sehingga peserta didik mudah untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan sekolahnya. Memang, nilai BK tidak dicantumkan dalam rapor, tetapi hasil dari proses pelayanan BK di sekolah dapat dilihat pada perubahan diri seseorang, baik sikap, perilaku, pikiran, dan perasaannya yang menjadi lebih baik.


REFERENSI :
1.      Ahman. (1998). Bimbingan Perkembangan Model Bimbingan di SD. Bandung : Disertasi PPS IKIP
2.      Bandung Depdikbud. (1994/1995). Petunjuk Bimbingan dan Penyulihan di SD. Jakarta : Dirjen Dikdasmen
3.      Juntina Nurihsan. (2005). Manajemen Bimbingan dan Koseling di SMA. Jakarta : Gramedia Sunaryo,
4.      Kartadinata. (1998/1999). Bimbingan di SD. Jakarta : DirjenDikti.
5.      BBM 1 Hakikat  Bimbingan konseling di SD
6.      BBM 2 Teknik Memahami Perlembangan Murid
7.      Nurihsan Juntika (2002). Pengantar BK Nas. Semarang Aneka Islam Bandung :
8.      Refika Utama Nurihsan Juntika dan Akun Indianto (2005). Manajemen BK di SD Kurikulum 2004. Jakarta :
9.      Gramedia Sumarno, H 7 Agung Hartono B (1994) Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas.


Sumber Lain :
http://bim-sd.blogspot.co.id/2011/09/konsep-dasar-bmbingan-dan-konseling.html
http://sheringholala.blogspot.co.id/2017/05/tujuan-bimbingan-dan-konseling-di.html



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

THE ENERGY of THE GOJUKAI KARATE-DO

  The Energy of The Gojukai Karate-Do   Introduction Karate-Do, born from the noble culture of Japanese society, has been developed by...