Keunikan
kepribadian seorang anak membuat kita sebagai orang dewasa harus benar-benar
paham akan bagaimana cara untuk memahami seorang anak. Setiap anak berbeda baik
dari segi kemampuan hingga kelemahan yang dimilikinya dan hal itu merupakan
potensi yang harus dikembangkan untuk menjadi bekal hidupnya kelak. Berhubungan
dengan anak sebagai pribadi yang unik, maka setiap pribadi pasti memiliki
masalah, tidak terkecuali seorang anak. Masalah-masalah tersebut adalah
yang berhubungan dengan aspek belajar, sosial, maupun dirinya sendiri, baik di
lingkungan keluarga dimana ia tumbuh dan berkembang maupun di lingkungan
sekolah yang merupakan instansi ke dua bagi anak untuk menghabiskan waktunya
sehari-hari.
Anak
sebagai peserta didik merupakan pribadi-pribadi yang unik, sebagai individu
yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan mempunyai berbagai macam
kebutuhan dan dinamika dalam interaksinya dengan lingkungan sekitar. Pada diri
anak senantiasa terjadi adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Hal
tersebut merupakan aspek-aspek psikologis dalam pendidikan yang bersumber dari
dalam diri anak sehingga menuntut adanya pendekatan psikologis untuk
memfasilitasi perkembangan anak tersebut.
Oleh
karena itu, bimbingan konseling memiliki andil yang sangat besar dalam membantu
setiap peserta didik agar dapat mandiri dan dapat berkembang secara optimal,
dan dalam hal permasalahan dalam belajar siswa, bimbingan konseling turut
berperan dalam membantu proses dan pencapaian tujuan pendidikan. Namun, masih sangat
dirasakan bahwa memberikan layanan bimbingan dan konseling untuk anak agak
sulit. Disamping melihat dari segi kematangannya, konselor juga harus ingat
bahwa anak memiliki karakteristik khusus maka dalam pemberian layanan pun harus
disesuaikan.
Bimbingan
dan konseling kelompok, merupakan wahana efektif yang bisa menjadi pilihan
konselor untuk memberi layanan bimbingan konseling pada anak. Anak-anak sering
berinteraksi dengan lingkungan, dan anak-anak juga biasanya menghabiskan banyak
waktu dengan saling berinteraksi dalam kelompok, maka diperlukan pengaturan
ideal untuk menempatkan bimbingan sebagai media informasi atau bisa juga
pencegahan dan konseling sebagai peran kuratifnya agar anak dapat berinteraksi
dengan baik . (Campbell, 1993; Gumaer, 1984)dan menyesuaikan diri dengan baik
pula dalam rangka menguasai tugas perkembangannya. Hal-Hal paling mendasar yang
mendasari prinsip berhadapan dengan anak-anak dalam kelompok adalah pada
lingkungan alami masa kanak-kanak dan penyesuaian terhadap karakteristik dan
masalah anak.
Di Sekolah
Dasar dan Sekolah menengah (di mana kebanyakan anak-anak usianya di bawah 14
tahun), bimbingan kelompok digunakan untuk membantu anak-anak tidak hanya
mempelajari keterampilan baru tetapi juga memiliki kesadaran akan nilai-nilai,
prioritas, dan masyarakat. Kelompok kecil memberi anak untuk " menyelidiki
dan membahas lingkungan sosial dan tantangan emosional dengan orang lain yang
sedang mengalami perasaan yang sama" (Campbell& Bowman, 1993, p. 1;3).
Sebagai Contoh, konseling kelompok diberikan kepada anak-anak yang mempunyai
life-event khusus yang berhubungan seperti kerugian dari orangtua akibat
perceraian (Gwynn dan Brantley, 1987; Yaumann, 1991) atau tidak berhasil dalam
nilai/kelas (Boutwell& Myrick, 1992). Konseling kelompok juga untuk
anak-anak yang mempunyai permasalahan perilaku " seperti perkelahian yang
berlebihan, ketidak-mampuan untuk bergaul akrab, ledakan yang kejam, kelelahan
yang kronis, ketiadaan pengawasan di rumah, dan melalaikan penampilan"
(Corey, 1990, p. 9).
Dalam
pelaksanaannya bimbingan konseling kelompok anak memang memerlukan keterampilan
khusus, namun, yang lebih sering digunakan dan populer adalah menggunakan
konseling bermain, brain gym, atau teknik exercise-exercise ringan. Movement
exercise menjadi pilihan penulis untuk memberikan bimbingan dan konseling
kelompok pada anak, mengingat karakteristik anak yang aktif dan banyak
bergerak, maka movement exercise ini dimungkinkan agar anak menikmati dan
berperan aktif dalam proses bimbingan dan konseling kelompok ini.
Karakterisik
Bimbingan Konseling Terhadap Anak SD
A. Karakteristik
Konseling :
1. Konseling adalah hubungan dalam
suasana belajar mengajar
2. Hubungan antara konselor dan konseli
adalah hubungan tatap muka
3. Konseling dilaksanakan untuk
mengatasi masalah
4. Konseling bertujuan untuk mengenali
diri sendiri, menerima diri secara realistis, dan mengembangkan tujuan, dapat
memutuskan plihan, dan menyusun rencana yang lebih bjaksana sehingga dapat
berkembang secara konstruktif dilingkungannnya.
5. Konseling memberi bantuan kepada
individu untuk mengembangkan pengetahuan, kesehatan mental, serta perubahan
sikap dan prilaku.
B.
Karakteristik
Bimbingan di Sekolah Dasar
Pemerintah
secara formal telah memberikan dasar acuan pelaksanaan bimbingan dan konselilng
di sekolah dasar dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990, sbagai
kelanjutan dan penyempurnaan aturan-aturan yang sebelumnya , sepeti kurikulum
1975 buku IIIC dan Pedoman Pelaksaan Bimbingan di Sekolah Dasar Tahun 1987. Hal
ini dilakukan karena pelaksaan bimbingan disekolah dasar pada kenyataannya
berbeda dengan pelaksaan pada sekolah menengah,baik SLTP maupun SMU terutama
yang berkaitan dengan fingsi guru sebagai pembimbing.
Beberapa
factor penting yang membedakan bimbingan konseling disekolah dasar dengan
skolah menengah, dikemukakan oleh Dinkmeyer dan Caldwell (Suherman AS,
200:21-23) yaitu :
1)
Bimbingan di sekolah dasar lebih menekankan akan
peranan guru dalam fungsi bimbingan;
2)
Fokus bimbingan di sekolah dasar lebih menekan pada
pengembangan pemahaman diri, pemecahan masalah, dankemampuan hubungan secara
efektif dengan orang lain;
3)
Bimbingandi sekolahdasar lebih banyak melibatkan
orang tua murid, mengingat pentingnya pengaruh orang tua dalam kehidupan anak
selama di sekolahdasar;
4)
Bimbingan di sekolah dasar hendaknya memahami
kehidupan anak secara unik;
5)
Program Bimbingan di sekolah dasar hendaknya peduli
pada kabutuhan dasar anak, seperti kebutuhan untuk matang dalam pemahaman dan
penerimaan diri, serta menerima kelebihan dan kekurangannya.
Program
bimbingan di sekolah dasar meyakini bahwa usia sekolah dasar merupakan tahapan
yang sangat penting dalam tahapan perkembangan anak.
Melihat
karakteristik bimbingan konseling di sekolah dasar muncul sebagai konsekuensi
logis dari karakteristik dan masalah perkembangan murid sekolah dasar itu
sendiri. Karena itu, memahami karakteristik di sekolah dasar itu sendiri.
Karena itu, memahami karakteristik murid sekolah dasar merupakan hal yang
sangat penting dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan layanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Begitu pula sentral layanan
bimbingan dan konseling akan terpusat pada pemberdayaan kualitas fungsi guru
sebagai pembimbingnya.
C. Karakteristik Anak Berbakat
Sebagai
makhluk social, anak berbakat mengalami pertunbuhan dan perkembangan yang
sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat, pemikiran , sikap dan aktivitas. Ditinjau
dari segi budaya anak berbakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
dipengaruhi tingkat kebudayaan yang mereka dalam memperoleh pengalaman
budaya.
Untuk
mengenali karakteristik anak berbakat dapat dilihat dari beberapa segi,
diantaranya :
1)
Potensi
2)
Cara mengahadapi masalah
3)
Prestasi
Selain
karakteristik anak berbakat juga dapat dilihat dari tanda-tanda umum dalam
pertumbuhan dan perkembangannya. Anak berbakat cenderung memiliki bakat
istimewa yang sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak,
karena ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya anak usia 4
tahun dapat bemain dengan anak seusianya tetapi dalam kegiatan akademis seperti
anak usia yang jauh dari usia sebenarnya. Mengapa hal ini terjadi?, hal ini
terjadi karena anak berbakat cenderung mempuyai cara pemikiran yang berbeda
dari teman-teman seusianya.
D. Kerja Kelompok Dengan Sasaran
Anak-Anak
Penanganan
kelompok anak memerlukan pengetahuan khusus tentang perkembangan manusia
khususnya anak dan teori kelompok (dinamika kelompok dan proses kelompok).
Pemimpin kelompok dituntut mampu beradaptasi dengan tingkatan social,
emosional, fisikal dan intelektual anak serta memiliki kemampuan menggunakan
teknik verbal maupun non verbal.
Kelompok anak
berfungsi mempromosikan kesiapan dan kemampuan anak untuk belajar, keterampilan
– keterampilan khusus/ baru, keterampilan hidup dan mengoreksi kondisi-kondisi
yang tidak sehat, pengembangan sumber data atau potensi anak,
mengembangaan kesadaran akan nilai, prioritas dan lingkungan ; mengeksplorasi
dan menghadapi tantangan sosial dan emosional serta memperoleh pengalaman
mengelola perasaan, bantuan terhadap permasalahan perilaku, kehidupan yang
sehat serta pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Kelompok anak disebut
sebagai bimbingan kelompok atau pendidikan-psikologis, konseling dan
psikoterapi kelompok. Kelompok anak dilakukan dalam adegan sekolah dan di luar
sekolah.
Tipe
kelompok anak tergantung pada faktor perkembangan dan bukan perkembangan (Yussi,2003).
Kelompok anak dibedakan atas tiga tipe. Pertama, kelompok yang dibentuk
khusus untuk pemberian informasi. Pemimpin kelompok berfungsi
sebagi guru dan bekerja sama secara langsung dengan guru . Tipe ini
efektif untuk membantu anak mempelajari perilaku yang tidak tepat , mempelajari
cara baru yang lebih mudah untuk berinteraksi dan memperoleh timbal balik yang
aman serta situasi praktis. Teknik yang digunakan adalah diskusi dan bermain
peran. Tipe ini lebih bersifat bimbingan kelompok dan pendidikan – psikologis.
Tipe
kelompok yang kedua adalah kelompok yang dibentuk dalam
rangka peningkatan keterampilan dan kesadaran dalam lingkup personal dan
interpersonal termasuk didalamnya nilai, sikap, keyakinan, kematangan social
dan perkembangan karir. Tipe ini bersifat remediatif yang berhubungan dengan
konsep diri, keterampilan komunikasi, hubungan interpersonal, pemecahan
masalah, keterampilan akademik, keterampilan komunikasi dan pengembangan nilai.
Tipe ini bersifat konseling kelompok dan psikoterapi. Tipe yang ketiga
merupakan aktifitas gabungan dua tipe sebelumnya, yakni dengan perhatian
terhadap banyak dimensi spesifik.
Tahapan
bimbingan kelompok dilakukan dengan akronim SIPA yaitu structuring (S), yakni
konselor menjelaskan panduan kegiatan ; involvement (I), yakni anggota kelompok
aktif berpartisipasi; processing (P), yakni berbagai ide serta awareness (A),
yaitu mengkonsolidasikan apa yang telah dipelajari.
Kegiatan
bimbingan dan konseling berfungsi mempromosikan pemahaman diri dan orang lain.
Program bimbingan di dalam kelas disebut program DUSO-R (Developing
understanding of self and other-revised. Teknik dalam bimbingan dan
pendidikan-psikologis kelompok harus bervariasi dengan memperhatikan penggunaan
fantasi, berfokus pada perilaku yang harus dikembangakan/ ditingkatkan,
menciptakan pandangan positif tentang diri serta bekerja dengan visualisasi.
Konseling
kelompok dalam adegan sekolah secara esensial berfugsi menumbuhkan kesehatan
mental. Konseling kelompok membantu anak belajar tentang diri dan orang lain
dalam interaksi yang terstruktur. Tiga pendekatan dalam konseling kelompok
dapat dibedakan, yaitu: Pendekatan kelompok pusat krisis, yaitu kelompok dengan
konflik diantara anggota kelompok; dalam hal ini individu ditantang untuk
memahami situasi dan berpikir tentang solusi yang mungkin dilakukan.
Pendekatan
yang kedua adalah pendekatan kelompok pusat permasalahan, yaitu sebuah kelompok
kecil yang memusatkan perhatian pada satu permasalahan. Teknik bermain peran
digunakan pada tahapan ini. Kelompok yang sama adalah kelompok persahabatan
dengan focus perilaku menyimpang, kekurangan keterampilan social dan penampilan
persahabatan yang praktis.
Pendekatan
yang ketiga adalah kelompok pusat pertumbuhan yang berfokus pada perkembangan
social dan pribadi siswa. Kelompok bertujuan untuk mengeksplorasi perasaan,
perhatian dan perilaku setiap hari.
E.
Konseling
Untuk Perubahan Tingkah Laku
Seorang klien yang datang dengan
kondisi psikologis tidak stabil, cenderung bersifat destruktif. Kondisi
psikologis yang buruk menyebabkan cara berpikirnya pun irasional. Selanjutnya,
manifestasi dari pikiran irasional menyebabkan tingkah laku yang irasional
pula. Maka, di sinilah seorang konselor berperan mengubah tingkah laku
irasional menjadi rasional kembali.
Perubahan tingkah laku merupakan
proses yang aktif dan bereaksi dalam semua situasi yang ada pada klien. Itu
berarti bahwa proses perubahan tingkah laku diarahkan pada tujuan dan proses
berbuat melalui situasi yang ada pada klien. Ada beberapa teori perubahan tingkah
laku berdasarkan pada aliran psikologi yang melandasinya, seperti berikut ini :
1.
Teori Perubahan Tingkah Laku
Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu
pendekatan dalam memahami perilaku individu. Behaviorisme tidak mengakui adanya
kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam belajar. Teori perubahan
tingkah laku behaviorisme ini merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan
klien mempunyai pengalaman baru.
2.
Teori Perubahan Tingkah Laku
Kognitif
Menurut Piaget, perubahan tingkah
laku akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
peserta didik. Konselor hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta
didik agar berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, serta mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.
3.
Teori Perubahan Tingkah Laku Gestalt
Transfer dalam perubahan tingkah
laku adalah pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu
ke situasi lain. Transfer perubahan tingkah laku terjadi dengan jalan
melepaskan pengertian objek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk
kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata susunan yang
tepat. Konselor hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai
prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
4.
Teori Perubahan Tingkah Laku
Konstruktivisme
Manusia berhadapan dengan tantangan,
pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif
(mental). Untuk itulah manusia harus mengembangkan skema pikiran yang lebih
umum atau rinci. Proses perkembangan tersebut meliputi beberapa hal berikut :
a. Skema, yakni struktur kognitif yang
dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori
untuk mengidentifikasi rangsangan yang akan datang dan terus berkembang.
b. Asimilasi, yakni proses kognitif
dalam bentuk perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya
menambah atau merinci.
c. Akomodasi, yaitu proses pembentukan
skema, atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
d. Equilibrium, yaitu keseimbangan
antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman
luar dengan struktur dalamnya (skema). Proses perkembangan intelek seseorang
berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan
akomodasi.
F. Hubungan Konseling
Hubungan dalam konseling bukan
hubungan biasa, melainkan sengaja diciptakan oleh konselor dengan maksud
membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien. Hubungan yang bersifat
membantu ini akan berhasil dengan baik apabila klien percaya sepenuh hati
kepada konselor bahwa konselor adalah orang yang tepat bisa mengatasi
masalahnya. Tanpa adanya kepercayaan dari klien terhadap konselor, jangan
diharap adanya keterbukaan dari klien tentang permasalahannya kepada konselor.
Untuk menciptakan hubungan yang
baik, seorang konselor perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan
berkomunikasi yang baik. Ada beberapa keterampilan komunikasi yang mungkin bisa
dikembangkan oleh seorang konselor, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Rapport, yaitu hubungan baik yang perlu diciptakan oleh konselor
dalam keseluruhan proses konseling. Konselor perlu menjelaskan tujuan dan
rambu-rambu konseling yang perlu disepakati bersama klien. Konselor perlu
memahami harapan klien dalam konseling, dan sebaliknya klien juga perlu
memahami harapan konselornya.
2. Empati, konselor harus menciptakan kebersamaan dengan klien,
berjalan bersama-sama, mengikutinya, mengarahkan, dan membimbingnya dalam
menghadapi masalah. Konselor juga wajib bersifat hangat, terbuka, bersahabat,
peduli dan jujur, serta objektif dalam memandang permasalahan klien.
3. Acceptance, konselor senantiasa menerima dan menghargai klien apa
adanya dan tanpa syarat. Konselor memiliki pandangan positif tentang klien bukan
berarti bahwa konselor setuju dan menerima begitu saja nilai-nilai dan
pandangan hidup klien. Tetapi, yang utama adalah kemampuan konselor menerima
klien apa adanya, menghargainya sebagai pribadi, tidak menghakimi perilakunya,
dan tidak mencoba mempengaruhi klien dengan pandangan dan nilai-nilai hidup
konselor.
4. Congruence, konselor harus bisa menjadi dirinya sendiri seutuhnya,
memiliki harmoni dalam keseluruhan aspek hidupnya, menyadari keterbatasan diri,
tidak berpura-pura dalam bersikap, dan tidak mencoba menutupi kenyataan tentang
dirinya. Bersikap jujur terhadap diri sendiri dan klien, serta konsisten antara
kata dan perbuatan.
Konselor diharapkan pula dapat
memiliki sense of humor, self discipline, self responsibility, danpositive
self concept. Selain itu, konselor harus memiliki pengetahuan,
wawasan, dan pemahaman tentang karakteristik perkembangan manusia, berpikir dan
bersikap kreatif, dan bersikap aktif dalam mengembangkan komunikasi.
G. Konseling Sebagai Bantuan
Tidak ada seorang manusia pun yang
tidak membutuhkan bantuan dari orang lain. Menurut Lewis, alasan-alasan pokok
seorang selalu membutuhkan konseling, yaitu :
1) Seseorang mengalami semacam
ketidakpuasan pribadi, dan tidak mampu mengatasi atau mengurangi ketidakpuasan
tersebut.
2) Seseorang memasuki dunia konseling
dengan kecemasan, cemas memandang proses konseling itu sebenarnya seperti apa,
bagaimana, dan macam-macam dugaan.
3) Seseorang yang membutuhkan konseling
itu sebenarnya tidak mempunyai gambaran yang jelas tentang sesuatu yang mungkin
terjadi.
Konseling sebagai sebuah proses
pemberian bantuan kepada individu dilaksanakan melalui berbagai macam layanan.
Tujuannya adalah tetap memberikan konseling dengan cara-cara yang lebih
menarik, interaktif, dan tidak terbatas oleh tempat, tetapi juga tetap
memperhatikan asas-asas dan kode etik dalam bimbingan dan konseling. Konseling
mengandung makna proses antar pribadi yang berlangsung melalui saluran
komunikasi verbal dan non-verbal.
Konseling berbeda dengan bimbingan,
namun memiliki tingkat kesesuaian yang tercakup dalam bimbingan konseling.
Bimbingan adalah relasi yang bertujuan menolong individu dari ketidakpahaman
dan ketidaktahuannya dalam menghadapi sebuah permasalahan. Sedangkan konseling
bertujuan menyelesaikan permasalahan setuntas-tuntasnya, agar individu
mendapatkan informasi dan orientasi dari langkah yang akan dilakukan dalam
menghadapi permasalahannya baik itu masalah pribadi, sosial, pekerjaan,
pendidikan, karier, dan masih banyak lagi lainnya. Kesamaannya terletak pada
tujuan untuk semakin mengembangkan individu tersebut dalam setiap aspek-aspek
kehidupannya.
Pelayanan BK di sekolah lebih
menekankan pada cinta kasih, dengan cinta kasih, seorang konselor lebih empati
kepada kliennya. Relasi menjadi lebih baik, hangat, penuh penerimaan antara
konselor dengan klien sehingga peserta didik mudah untuk memahami dirinya
sendiri dan lingkungan sekolahnya. Memang, nilai BK tidak dicantumkan dalam
rapor, tetapi hasil dari proses pelayanan BK di sekolah dapat dilihat pada
perubahan diri seseorang, baik sikap, perilaku, pikiran, dan perasaannya yang
menjadi lebih baik.
REFERENSI :
1. Ahman.
(1998). Bimbingan Perkembangan Model Bimbingan di SD. Bandung : Disertasi PPS
IKIP
2. Bandung
Depdikbud. (1994/1995). Petunjuk Bimbingan dan Penyulihan di SD. Jakarta :
Dirjen Dikdasmen
3. Juntina
Nurihsan. (2005). Manajemen Bimbingan dan Koseling di SMA. Jakarta : Gramedia
Sunaryo,
4. Kartadinata.
(1998/1999). Bimbingan di SD. Jakarta : DirjenDikti.
5. BBM
1 Hakikat Bimbingan konseling di SD
6. BBM
2 Teknik Memahami Perlembangan Murid
7. Nurihsan
Juntika (2002). Pengantar BK Nas. Semarang Aneka Islam Bandung :
8. Refika
Utama Nurihsan Juntika dan Akun Indianto (2005). Manajemen BK di SD Kurikulum
2004. Jakarta :
9. Gramedia
Sumarno, H 7 Agung Hartono B (1994) Perkembangan Peserta Didik. Jakarta :
Dirjen Dikti Depdiknas.
Sumber
Lain :
http://bim-sd.blogspot.co.id/2011/09/konsep-dasar-bmbingan-dan-konseling.html
http://sheringholala.blogspot.co.id/2017/05/tujuan-bimbingan-dan-konseling-di.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar