Kamis, 21 Desember 2017

NUNCHAKU DALAM SHUMATSU DOZA...



SHUMATSU DOZA...
Untuk menyempurnakan kekuatan dan kelenturan otot, mempertinggi stamina dan konsentrasi, maka juga dibutuhkan latihan tambahan atau Shumatsu Dosa berupa latihan penggunaan senjata tradisional seperti : Sai, Bo, Tonfa, Nunchaku, Kama, Nihonto, Shuriken, Yari dan Naginata. Setiap orang memilih menggunakan salah satu atau beberapa di antaranya yang dianggapnya cocok untuk dirinya.

Nunchaku, atau istilah lain dikenal sebagai Nisetsukon / Nichaku, Shuang Jie Gun / Er Jie Gun, mulai diadopsi oleh masyarakat Ryukyu sejak sekitar tahun 400-200SM. yaitu sejak zaman migrasi 36 kepala keluarga dari China ke Kumemura (Kuninda), Okinawa -Kep. Ryukyu.

Pada awalnya, nunchaku merupakan alat pertanian yg dipergunakan untuk merontokkan biji-bijian pada padi maupun kacang-kacangan seperti kedelai dan sejenisnya. Cara penggunaannya pada dasarnya hampir mirip penggunaan 
Flail.

Alat lain yg mirip dengan nunchaku dalam hal susunannya adalah alat yg bernama Muge. Muge ini adalah alat yg dipakai sebagai bagian dari pengendali kuda, bagian yang diikatkan pada sekitar rahang kuda hingga ke giginya. Bagian tali dari Muge itulah yg nanti digigit oleh kuda. Ada 2 macam Muge, yaitu muge berbilah ganda dan muge yang berbilah 3 yang disebut sebagai Hamuge. pada Hamuge, bilah yang di tengah itu yg sebagai tempat yg digigit oleh kuda.

Pada masa pelarangan senjata dalam masa pemerintahan Dinasti Sho pada kerajaan Ryukyu, penggunaan alat-alat pertanian sebagai alternatif sarana alat membela/mempertahankan diri makin diberdayakan. Terlebih pada masa pendudukan 
clan Satsuma (golongan samurai dengan background aliran Jigen-ryu) dari Jepang yang menganeksasiKerajaan Ryukyu. Pemberdayaan alat-alat pertanian, peternakan, perdagangan dan alat untuk mencari ikan sebagai alternatif senjata makin diasah.

Bagian-bagian dari nunchaku tradisional itu sendiri adalah sebagai berikut :
1)      Himo, seutas tali yang menghubungkan kedua belah bilah nunchaku.
2)      Ana, lubang yang ada pada ujung atas nunchaku yg gunanya untuk masuknya Himo saat mengikat nunchaku.
3)      Kusari, penghubung bilah nunchaku alternatifnya adalah dengan menggunakan rantai.
4)      Kontou, bagian kepala nunchaku, yang dihubungkan dengan tali atau rantai.
5)      Jukonbu, bagian atas bilah nunchaku yang dapat dipegang.
6)      Chukonbu, bagian tengah bilah nunchaku yang dapat dipegang.
7)      Gekonbu, bagian bawah bilah nunchaku yang dapat dipegang.
8)      Kontei, bagian pantat nunchaku.

Perbedaan bentuk nunchaku tradisional antara 
Ryukyu dengan China adalah pada bilahnya, yaitu pada Ryukyu dengan bilah berbentuk octagon / octagonal (segi delapan) maupun hexagon dan pada China memiliki bilah silinder. Umumnya bilah nunchaku masa tradisional dibuat dari kayu keras semacam oak (merah maupun putih), kayu loquat, dan kayu pasania, yang setelah dipoles kemudian dilapis dng minyak agar menjadi liat dan tahan lama.

Teknik-teknik tradisional penggunaan nunchaku secara turun-temurun diwariskan oleh MaezatoKunibaNanbu , Yara,
MatsumuraTaira, dan lain-lain dalam bentuk form/jurus/kata yg ada pada Ryukyu Kobudo.

Nunchaku mulai menyebar ke wilayah-wilayah terdekat dari kepulauan Ryukyu seperti ke daerah 
Filipina (selatan dariRyukyu & Taiwan) dikenal sebagai Tabak-Toyok, dan menyebar pula ke Jepang tetap menggunakan istilah yang sama "Nunchaku" hanya penulisannya dengan katakana (menunjukkan bahwa istilah ini adalah istilah asing/ diadopsi dari luar Jepang). Untuk penggunaan di Indonesia, khususnya sekitar pulau Jawa, nunchaku dikenal dengan istilah "ruyung".

Promosi :
Octogonal Nuchaku
Order Now +62857 1818 7170 (What apps)
IRD.175


Type : Octogonal Nunchaku
Style : Okinawa Nunchaku
Lenght : +37 cm
Weight : +500 gr
Row Material : Vallet Wood
Rope : Polyster





Selasa, 28 November 2017

SENSEI & GIRI



Dalam seni bela diri Jepang, ada konsep yang dikenal dengan nama giri, yang menyiratkan "loyalitas" atau "kewajiban". Ide ini dipahami dan dipraktikkan secara luas di Jepang, tapi tidak demikian di Barat ... untuk alasan yang akan menjadi jelas nanti dalam artikel ini.

Di Okinawa, tempat kelahiran Karate-do, dojo biasanya berada di rumah sensei, karena pulau ini tidak kaya dan ruang pelatihan terbatas. Jadi sebagian besar latihan dilakukan baik di rumah, atau di halaman. Kelas kecil, dan siswa dipilih oleh instruktur.

Tujuan  setiap sensei, untuk menghasilkan setidaknya satu siswa (lebih jika mungkin) untuk mempelajari sistemnya yang lengkap, menguasainya, dan akhirnya mengambil alih sekolah - dan melanjutkan seni gurunya.

Oleh karena itu sensei, yang telah menghabiskan hidupnya untuk menguasai seninya, akan memilih seorang siswa (atau siswa) untuk mewarisi sekolahnya, melatih mereka dalam semua aspek Karate-do "dan siswa itu kembali akan tinggal dengan gurunya, memberinya kesetiaan dan rasa hormat, dengan mengembalikan sesuatu ke sekolah.

Itu adalah hubungan dua arah, dimana guru akan menunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dia ketahui. Sebagai gantinya, siswa akan selalu mengakui sensei sebagai gurunya, dan membantunya sampai dia siap untuk mewarisi sekolah.

Inilah cara yang dilakukan Karate-do, seperti hubungan ayah / anak. Sensei adalah "ayah" siswa adalah "anak". "Ayah" mengangkat anak-anak di Karate-do, dan saat mereka dewasa, mereka tinggal dengan "ayah" untuk membantunya atau, bahkan jika mereka pergi, mereka akan selalu mengakui ayah mereka. Dan kembali padanya kapan pun mereka bisa.

Di Barat, banyak orang menganggap Karate seperti berbelanja di supermarket. Mereka memilih beberapa merek, pergi ke loket check out dan membayarnya. ["Ini adalah $ 5 saya, sekarang beri saya karate senilai $ 5"] Kemudian, jika mereka tidak menyukainya setelah beberapa saat, mereka akan mencoba merek lain di lain waktu.

Orang-orang ini tidak menyadari bahwa dibutuhkan waktu seumur hidup untuk mempelajari gaya Karate-do (Traditional). Tanya saja tuan seperti Yamaguchi Sensei. Orang yang telah menghabiskan seluruh pembelajaran seumur hidup Karate mereka, dan mengajarkan karate-do.

Hal ini menyebabkan konflik antara "olahraga karate" dan seni "karate-do". "Sport Karate" mendorong orang untuk menjadi pemenang, dengan mengalahkan orang lain di Kumite atau Kata. "Karate-do" mengajarkan bahwa lawan Anda adalah diri Anda sendiri, dan Anda harus selalu berusaha memperbaiki diri, tidak harus dengan mengorbankan orang lain.

Karenanya, di Sport Karate - jika menang adalah semua yang diperhitungkan - Anda tidak perlu tetap setia kepada instruktur Anda. Anda bisa memotong dan mengubah dari satu gaya ke gaya lainnya. Jika Anda tidak menang pada saat itu di bawah Sensei A, pergilah dan latih dengan Sensei B. Mungkin dia bisa membantu Anda untuk menang.

Baru-baru ini, saya melihat di turnamen bahwa siswa tetap bertukar tidak hanya dari guru ke guru, tapi dari gaya ke gaya. Sebagai contoh: pada bulan April mereka berkompetisi di sebuah turnamen yang mewakili "Take Take One", maka pada saat mereka mengenakan lencana "Dim Sim Do". Kemudian akhirnya, Pada bulan Juni, mereka di depan memperjuangkan "No Kan Do".

Dengan kata lain, mereka menjadi "Jack of all trades", dan tidak menguasai apapun.
Tidak ada yang salah dengan belajar dari gaya atau sistem lain. Saya mempelajari kata-kata gaya lain, dan jika saya menyukai teknik Kumite mereka, saya akan memasukkan mereka ke dalam pelatihan saya, tapi saya tidak mengubah gaya atau afiliasi!

Juara turnamen datang dan pergi; mereka memiliki umur yang terbatas. Praktisi Karate-do tidak memiliki batas. Mereka bisa melatih seluruh hidup mereka, menguasai dasar-dasar, gerakan, Kata, Bunkai, pre-arranged Kumite, pertarungan bebas, latihan makiwara, pernapasan, meditasi, teknik selfdefense, dll.

Sebagian besar petarung turnamen pensiun dari persaingan di akhir 20-an sampai pertengahan 30an. Lalu bagaimana? Apakah mereka menyerah, atau pergi ke hal yang lebih besar dan lebih baik? Jika mereka telah memotong dan mengubah dari satu gaya ke gaya yang lain, bagaimana mereka kemudian lulus untuk mengajar Karate? Apakah mereka membuat "gaya" mereka sendiri, dengan menggabungkan semua gaya yang telah mereka pelajari?

Apa yang terjadi dengan giri di Barat? Ini telah digantikan oleh sindrom ego - dan sindrom "rumput lebih hijau di sisi lain". Orang berlatih tiga sampai lima tahun dengan satu gaya, mendapatkan Sabuk Hitam, berpikir bahwa mereka telah menguasainya, lalu beralih ke padang rumput yang lebih hijau. Tidakkah mereka menyadari bahwa mereka perlu berlatih setidaknya 20 tahun sebelum mereka bisa menilai gaya?

Tentu, Anda bisa mempelajari semua aspek fisik sebuah gaya dalam waktu yang relatif singkat. Tapi Anda perlu bertahun-tahun untuk prefek dan mengembangkan dan memahami gaya di dalam ke luar.
Saya tidak terlalu suka menerima siswa dari gaya lain. Saya selalu bertanya-tanya mengapa mereka meninggalkan instruktur mereka sebelumnya. Dan, jika mereka bergabung dengan sekolah saya, berapa lama lagi sebelum mereka meninggalkan saya? (Pepatah lama, "Sekali digigit, dua kali malu".)
Jika mereka dinilai dengan gaya lain, maka mereka harus menyerahkan nilai mereka, dan kembali ke sabuk putih dan mulai dari awal lagi. Mereka harus mengosongkan cangkir mereka, sebelum saya bisa mengisinya kembali untuk mereka. Lupakan semua kebiasaan dan teknik lama mereka dan pelajari kembali sistem baru.

Jika mereka adalah semacam juara turnamen maka tidak ada ruang untuk ego, hanya kerendahan hati. Mereka datang kepada saya untuk belajar, bukan untuk menunjukkan apa yang bisa mereka lakukan. Orang seperti itu biasanya harus berlatih dengan saya kira-kira minimal satu tahun sebelum saya mempertimbangkan untuk menilai mereka ke dalam sistem kami. Dan bahkan saat itu mereka mungkin tidak mendapatkan kembali nilai lama mereka - hanya apa yang saya anggap telah mereka capai di Goju Kai. Dalam beberapa hal, lebih sulit bagi seseorang untuk mengubah gaya, lalu masuk ke gaya sebagai pemula yang lengkap.

Saya benar-benar melihat lebih dekat pada siswa Black Belt gaya lain sebelum menerima dia. Saya telah menolak banyak selama bertahun-tahun. Saya harus memahami karakter mereka, dan alasan mereka untuk berubah, sebelum menerimanya. Jika saya melakukannya, biasanya karena pada dasarnya mereka adalah orang yang baik, dengan keinginan tulus untuk belajar Karate-lakukan untuk perbaikan diri - tidak hanya untuk memenangkan turnamen, atau untuk membuat nama untuk diri mereka sendiri.

Mungkin orang membuat kesalahan pada awalnya, dengan bergabung di sekolah karena ketidaktahuan. Mungkin mereka mengubah motif mereka untuk pelatihan, dan mencari jalan baru. Mungkin mereka bergabung dengan sekolah "turnamen yang berorientasi", dan tiba-tiba menyadari bahwa ada lebih banyak untuk Karate daripada hanya memenangkan turnamen. Mungkin instruktur lama mereka memukul mereka, atau merobeknya secara finansial.

Terkadang seorang siswa dapat dibenarkan untuk meninggalkan instrukturnya, tapi dia harus sangat yakin bahwa instruktur barunya adalah orang yang akan dia tuju. Sebagai kesimpulan, saya ingin memberikan beberapa saran kepada siswa Karate-do di masa depan :
1. Luangkan banyak waktu untuk meneliti sebanyak mungkin sekolah dan instruktur sebelum memilih dan bergabung dengan salah satu dari mereka.
2. Pelajari sikap instruktur terhadap siswa mereka, perilaku siswa, disiplin kelas dll, sebelum memilih.
3. Begitu Anda membuat komitmen - jika Anda benar-benar berniat menghabiskan bertahun-tahun di Karate-do - tetaplah dengan satu gaya dan satu instruktur.
4. Pelajari dan kembangkan gaya itu sepenuhnya.
5. Jika Anda ingin memasuki kompetisi turnamen, buat gaya Anda bekerja untuk Anda.
6. Semua gaya efektif jika digunakan dengan benar. Setiap gaya memiliki kelebihan dan kekurangan. Pelajari apa ini, dan bagaimana mendapatkan keuntungan maksimal dari menggunakan kekuatan Anda dan mengatasi kelemahan Anda.
7. Jangan egois. Berikan juga menerima. Terimalah pengetahuan instruktur Anda dan, sebagai gantinya, berikan kesetiaan Anda kepada Anda. (giri)

Ingat saja: Orang tua sejati membawa Anda ke dunia ini. Mereka membesarkan Anda, memberi makan Anda, memberi tahu Anda, mendidik Anda, dan lain-lain. Apakah Anda, sebagai gantinya, menolak orang tua Anda, menukar mereka untuk orang lain, menghindari mereka, berpaling dari mereka? Saya harap tidak.

Sensei Anda membawa Anda sebagai bayi di Karate (sabuk putih). Dia mengajar Anda dan membantu Anda tumbuh di Karate sampai dewasa - melalui sabuk kuning, sabuk hijau, sabuk coklat, sabuk hitam, dan akhirnya melalui nilai dan nilai Anda.

Mengapa, kemudian, tolak sensei anda? Dia hanya manusia, manusia. Dia memiliki kekuatan dan kelemahannya. Tidak ada yang sempurna. Dia masih belajar, sama seperti Anda, dalam perjalanan seumur hidup yang dikenal dengan "Karate-do". Mengapa tidak belajar bersama?
Beri Sensei kesetiaanmu yang kau harap murid-muridmu akan berikan padamu, akhirnya, kamu menjadi Sensei ...


Kamis, 28 September 2017

BIMBINGAN KONSELING - KARAKTERISTIK BIMBINGAN DAN KONSELING SD


Keunikan kepribadian seorang anak membuat kita sebagai orang dewasa harus benar-benar paham akan bagaimana cara untuk memahami seorang anak. Setiap anak berbeda baik dari segi kemampuan hingga kelemahan yang dimilikinya dan hal itu merupakan potensi yang harus dikembangkan untuk menjadi bekal hidupnya kelak. Berhubungan dengan anak sebagai pribadi yang unik, maka setiap pribadi pasti memiliki masalah, tidak terkecuali seorang anak.  Masalah-masalah tersebut adalah yang berhubungan dengan aspek belajar, sosial, maupun dirinya sendiri, baik di lingkungan keluarga dimana ia tumbuh dan berkembang maupun di lingkungan sekolah yang merupakan instansi ke dua bagi anak untuk menghabiskan waktunya sehari-hari.

Anak sebagai peserta didik merupakan pribadi-pribadi yang unik, sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses perkembangan mempunyai berbagai macam kebutuhan dan dinamika dalam interaksinya dengan lingkungan sekitar. Pada diri anak senantiasa terjadi adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar. Hal tersebut merupakan aspek-aspek psikologis dalam pendidikan yang bersumber dari dalam diri anak sehingga menuntut adanya pendekatan psikologis untuk memfasilitasi perkembangan anak  tersebut.

Oleh karena itu, bimbingan konseling memiliki andil yang sangat besar dalam membantu setiap peserta didik agar dapat mandiri dan dapat berkembang secara optimal, dan dalam hal permasalahan dalam belajar siswa, bimbingan konseling turut berperan dalam membantu proses dan pencapaian tujuan pendidikan. Namun, masih sangat dirasakan bahwa memberikan layanan bimbingan dan konseling untuk anak agak sulit. Disamping melihat dari segi kematangannya, konselor juga harus ingat bahwa anak memiliki karakteristik khusus maka dalam pemberian layanan pun harus disesuaikan.

Bimbingan dan konseling kelompok, merupakan wahana efektif yang bisa menjadi pilihan konselor untuk memberi layanan bimbingan konseling pada anak. Anak-anak sering berinteraksi dengan lingkungan, dan anak-anak juga biasanya menghabiskan banyak waktu dengan saling berinteraksi dalam kelompok, maka diperlukan pengaturan ideal untuk menempatkan bimbingan sebagai media informasi atau bisa juga pencegahan dan konseling sebagai peran kuratifnya agar anak dapat berinteraksi dengan baik . (Campbell, 1993; Gumaer, 1984)dan menyesuaikan diri dengan baik pula dalam rangka menguasai tugas perkembangannya. Hal-Hal paling mendasar yang mendasari prinsip berhadapan dengan anak-anak dalam kelompok adalah pada lingkungan alami masa kanak-kanak dan penyesuaian terhadap karakteristik dan masalah anak.

Di Sekolah Dasar dan Sekolah menengah (di mana kebanyakan anak-anak usianya di bawah 14 tahun), bimbingan kelompok digunakan untuk membantu anak-anak tidak hanya mempelajari keterampilan baru tetapi juga memiliki kesadaran akan nilai-nilai, prioritas, dan masyarakat. Kelompok kecil memberi anak untuk " menyelidiki dan membahas lingkungan sosial dan tantangan emosional dengan orang lain yang sedang mengalami perasaan yang sama" (Campbell& Bowman, 1993, p. 1;3). Sebagai Contoh, konseling kelompok diberikan kepada anak-anak yang mempunyai life-event khusus yang berhubungan seperti kerugian dari orangtua akibat perceraian (Gwynn dan Brantley, 1987; Yaumann, 1991) atau tidak berhasil dalam nilai/kelas (Boutwell& Myrick, 1992). Konseling kelompok juga untuk anak-anak yang mempunyai permasalahan perilaku " seperti perkelahian yang berlebihan, ketidak-mampuan untuk bergaul akrab, ledakan yang kejam, kelelahan yang kronis, ketiadaan pengawasan di rumah, dan melalaikan penampilan" (Corey, 1990, p. 9).

Dalam pelaksanaannya bimbingan konseling kelompok anak memang memerlukan keterampilan khusus, namun, yang lebih sering digunakan dan populer adalah menggunakan konseling bermain, brain gym, atau teknik exercise-exercise ringan. Movement exercise menjadi pilihan penulis untuk memberikan bimbingan dan konseling kelompok pada anak, mengingat karakteristik anak yang aktif dan banyak bergerak, maka movement exercise ini dimungkinkan agar anak menikmati dan berperan aktif dalam proses bimbingan dan konseling kelompok ini.

Karakterisik Bimbingan Konseling Terhadap Anak SD

A.       Karakteristik Konseling :
1.      Konseling adalah hubungan dalam suasana belajar mengajar
2.      Hubungan antara konselor dan konseli adalah hubungan tatap muka
3.      Konseling dilaksanakan untuk mengatasi masalah
4.      Konseling bertujuan untuk mengenali diri sendiri, menerima diri secara realistis, dan mengembangkan tujuan, dapat memutuskan plihan, dan menyusun rencana yang lebih bjaksana sehingga dapat berkembang secara konstruktif dilingkungannnya.
5.      Konseling memberi bantuan kepada individu untuk mengembangkan pengetahuan, kesehatan mental, serta perubahan sikap dan prilaku.

B.        Karakteristik Bimbingan di Sekolah Dasar

Pemerintah secara formal telah memberikan dasar acuan pelaksanaan bimbingan dan konselilng di sekolah dasar dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990, sbagai kelanjutan dan penyempurnaan aturan-aturan yang sebelumnya , sepeti kurikulum 1975 buku IIIC dan Pedoman Pelaksaan Bimbingan di Sekolah Dasar Tahun 1987. Hal ini dilakukan karena pelaksaan bimbingan disekolah dasar pada kenyataannya berbeda dengan pelaksaan pada sekolah menengah,baik SLTP maupun SMU terutama yang berkaitan dengan fingsi guru sebagai pembimbing.

Beberapa factor penting yang membedakan bimbingan konseling disekolah dasar dengan skolah menengah, dikemukakan oleh Dinkmeyer dan Caldwell (Suherman AS, 200:21-23) yaitu :
1)      Bimbingan di sekolah dasar lebih menekankan akan peranan guru dalam fungsi bimbingan;
2)      Fokus bimbingan di sekolah dasar lebih menekan pada pengembangan pemahaman diri, pemecahan masalah, dankemampuan hubungan secara efektif dengan orang lain;
3)      Bimbingandi sekolahdasar lebih banyak melibatkan orang tua murid, mengingat pentingnya pengaruh orang tua dalam kehidupan anak selama di sekolahdasar;
4)      Bimbingan di sekolah dasar hendaknya memahami kehidupan anak secara unik;
5)      Program Bimbingan di sekolah dasar hendaknya peduli pada kabutuhan dasar anak, seperti kebutuhan untuk matang dalam pemahaman dan penerimaan diri, serta menerima kelebihan dan kekurangannya.

Program bimbingan di sekolah dasar meyakini bahwa usia sekolah dasar merupakan tahapan yang sangat penting  dalam tahapan perkembangan anak.

Melihat karakteristik bimbingan konseling di sekolah dasar muncul sebagai konsekuensi logis dari karakteristik dan masalah perkembangan murid sekolah dasar itu sendiri. Karena itu, memahami karakteristik di sekolah dasar itu sendiri. Karena itu, memahami karakteristik murid sekolah dasar merupakan hal yang sangat penting dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan layanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan. Begitu pula sentral layanan bimbingan dan konseling akan terpusat pada pemberdayaan kualitas fungsi guru sebagai pembimbingnya.

C.       Karakteristik Anak Berbakat

Sebagai makhluk social, anak berbakat mengalami pertunbuhan dan perkembangan yang sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat, pemikiran , sikap dan aktivitas. Ditinjau dari segi budaya anak berbakat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang dipengaruhi tingkat kebudayaan yang mereka dalam  memperoleh pengalaman budaya.

Untuk mengenali karakteristik anak berbakat dapat dilihat dari beberapa segi, diantaranya :
1)      Potensi
2)      Cara mengahadapi masalah
3)      Prestasi

Selain karakteristik anak berbakat juga dapat dilihat dari tanda-tanda umum dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Anak berbakat cenderung memiliki bakat istimewa yang sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak, karena ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya anak usia 4 tahun dapat bemain dengan anak seusianya tetapi dalam kegiatan akademis seperti anak usia yang jauh dari usia sebenarnya. Mengapa hal ini terjadi?, hal ini terjadi karena anak berbakat cenderung mempuyai cara pemikiran yang berbeda dari teman-teman seusianya.

D.       Kerja Kelompok Dengan Sasaran Anak-Anak

Penanganan kelompok anak memerlukan pengetahuan khusus tentang perkembangan manusia khususnya anak dan teori kelompok (dinamika kelompok dan proses kelompok). Pemimpin kelompok dituntut mampu beradaptasi dengan tingkatan social, emosional, fisikal dan intelektual anak serta memiliki kemampuan menggunakan teknik verbal maupun non verbal.

Kelompok anak berfungsi mempromosikan kesiapan dan kemampuan anak untuk belajar, keterampilan – keterampilan khusus/ baru, keterampilan hidup dan mengoreksi kondisi-kondisi yang tidak sehat, pengembangan sumber data atau  potensi anak, mengembangaan kesadaran akan nilai, prioritas dan lingkungan ; mengeksplorasi dan menghadapi  tantangan sosial dan emosional serta memperoleh pengalaman mengelola perasaan, bantuan terhadap permasalahan perilaku, kehidupan yang sehat serta pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Kelompok anak disebut sebagai bimbingan kelompok atau pendidikan-psikologis, konseling dan psikoterapi kelompok. Kelompok anak dilakukan dalam adegan sekolah dan di luar sekolah.

Tipe kelompok anak tergantung pada faktor perkembangan dan bukan perkembangan (Yussi,2003). Kelompok anak dibedakan atas tiga tipe. Pertama, kelompok yang dibentuk khusus untuk  pemberian informasi. Pemimpin kelompok berfungsi sebagi  guru dan bekerja sama secara langsung dengan guru . Tipe ini efektif untuk membantu anak mempelajari perilaku yang tidak tepat , mempelajari cara baru yang lebih mudah untuk berinteraksi dan memperoleh timbal balik yang aman serta situasi praktis. Teknik yang digunakan adalah diskusi dan bermain peran. Tipe ini lebih bersifat bimbingan kelompok dan pendidikan – psikologis.

Tipe kelompok yang kedua adalah kelompok yang dibentuk dalam rangka peningkatan keterampilan dan kesadaran dalam lingkup personal dan interpersonal termasuk didalamnya nilai, sikap, keyakinan, kematangan social dan perkembangan karir. Tipe ini bersifat remediatif yang berhubungan dengan konsep diri, keterampilan komunikasi, hubungan interpersonal, pemecahan masalah, keterampilan akademik, keterampilan komunikasi dan pengembangan nilai. Tipe ini bersifat konseling kelompok dan psikoterapi. Tipe yang ketiga merupakan aktifitas gabungan dua tipe sebelumnya, yakni dengan perhatian terhadap banyak dimensi spesifik.

Tahapan bimbingan kelompok dilakukan dengan akronim SIPA yaitu structuring (S), yakni konselor menjelaskan panduan kegiatan ; involvement (I), yakni anggota kelompok aktif berpartisipasi; processing (P), yakni berbagai ide serta awareness (A), yaitu mengkonsolidasikan apa yang telah dipelajari.

Kegiatan bimbingan dan konseling berfungsi mempromosikan pemahaman diri dan orang lain. Program bimbingan di dalam kelas disebut program DUSO-R (Developing understanding of self and other-revised. Teknik dalam bimbingan dan pendidikan-psikologis kelompok harus bervariasi dengan memperhatikan penggunaan fantasi, berfokus pada perilaku yang harus dikembangakan/ ditingkatkan, menciptakan pandangan positif tentang diri serta bekerja dengan visualisasi.

Konseling kelompok dalam adegan sekolah secara esensial berfugsi menumbuhkan kesehatan mental. Konseling kelompok membantu anak belajar tentang diri dan orang lain dalam interaksi yang terstruktur. Tiga pendekatan dalam konseling kelompok dapat dibedakan, yaitu: Pendekatan kelompok pusat krisis, yaitu kelompok dengan konflik diantara anggota kelompok; dalam hal ini individu ditantang untuk memahami situasi dan berpikir tentang solusi yang mungkin dilakukan.

Pendekatan yang kedua adalah pendekatan kelompok pusat permasalahan, yaitu sebuah kelompok kecil yang memusatkan perhatian pada satu permasalahan. Teknik bermain peran digunakan pada tahapan ini. Kelompok yang sama adalah kelompok persahabatan dengan focus perilaku menyimpang, kekurangan keterampilan social dan penampilan persahabatan yang praktis.

Pendekatan yang ketiga adalah kelompok pusat pertumbuhan yang berfokus pada perkembangan social dan pribadi siswa. Kelompok bertujuan untuk mengeksplorasi perasaan, perhatian dan perilaku setiap hari.

E.        Konseling Untuk Perubahan Tingkah Laku

Seorang klien yang datang dengan kondisi psikologis tidak stabil, cenderung bersifat destruktif. Kondisi psikologis yang buruk menyebabkan cara berpikirnya pun irasional. Selanjutnya, manifestasi dari pikiran irasional menyebabkan tingkah laku yang irasional pula. Maka, di sinilah seorang konselor berperan mengubah tingkah laku irasional menjadi rasional kembali.

Perubahan tingkah laku merupakan proses yang aktif dan bereaksi dalam semua situasi yang ada pada klien. Itu berarti bahwa proses perubahan tingkah laku diarahkan pada tujuan dan proses berbuat melalui situasi yang ada pada klien. Ada beberapa teori perubahan tingkah laku berdasarkan pada aliran psikologi yang melandasinya, seperti berikut ini :

1.      Teori Perubahan Tingkah Laku Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan dalam memahami perilaku individu. Behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam belajar. Teori perubahan tingkah laku behaviorisme ini merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan klien mempunyai pengalaman baru.

2.      Teori Perubahan Tingkah Laku Kognitif
Menurut Piaget, perubahan tingkah laku akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Konselor hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, serta mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

3.      Teori Perubahan Tingkah Laku Gestalt
Transfer dalam perubahan tingkah laku adalah pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer perubahan tingkah laku terjadi dengan jalan melepaskan pengertian objek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Konselor hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

4.      Teori Perubahan Tingkah Laku Konstruktivisme
Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif (mental). Untuk itulah manusia harus mengembangkan skema pikiran yang lebih umum atau rinci. Proses perkembangan tersebut meliputi beberapa hal berikut :
a.       Skema, yakni struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam berinteraksi dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori untuk mengidentifikasi rangsangan yang akan datang dan terus berkembang.
b.      Asimilasi, yakni proses kognitif dalam bentuk perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.
c.       Akomodasi, yaitu proses pembentukan skema, atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
d.      Equilibrium, yaitu keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skema). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.

F.     Hubungan Konseling

Hubungan dalam konseling bukan hubungan biasa, melainkan sengaja diciptakan oleh konselor dengan maksud membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien. Hubungan yang bersifat membantu ini akan berhasil dengan baik apabila klien percaya sepenuh hati kepada konselor bahwa konselor adalah orang yang tepat bisa mengatasi masalahnya. Tanpa adanya kepercayaan dari klien terhadap konselor, jangan diharap adanya keterbukaan dari klien tentang permasalahannya kepada konselor.

Untuk menciptakan hubungan yang baik, seorang konselor perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan berkomunikasi yang baik. Ada beberapa keterampilan komunikasi yang mungkin bisa dikembangkan oleh seorang konselor, di antaranya adalah sebagai berikut :
1.      Rapport, yaitu hubungan baik yang perlu diciptakan oleh konselor dalam keseluruhan proses konseling. Konselor perlu menjelaskan tujuan dan rambu-rambu konseling yang perlu disepakati bersama klien. Konselor perlu memahami harapan klien dalam konseling, dan sebaliknya klien juga perlu memahami harapan konselornya.

2.      Empati, konselor harus menciptakan kebersamaan dengan klien, berjalan bersama-sama, mengikutinya, mengarahkan, dan membimbingnya dalam menghadapi masalah. Konselor juga wajib bersifat hangat, terbuka, bersahabat, peduli dan jujur, serta objektif dalam memandang permasalahan klien.

3.      Acceptance, konselor senantiasa menerima dan menghargai klien apa adanya dan tanpa syarat. Konselor memiliki pandangan positif tentang klien bukan berarti bahwa konselor setuju dan menerima begitu saja nilai-nilai dan pandangan hidup klien. Tetapi, yang utama adalah kemampuan konselor menerima klien apa adanya, menghargainya sebagai pribadi, tidak menghakimi perilakunya, dan tidak mencoba mempengaruhi klien dengan pandangan dan nilai-nilai hidup konselor.

4.      Congruence, konselor harus bisa menjadi dirinya sendiri seutuhnya, memiliki harmoni dalam keseluruhan aspek hidupnya, menyadari keterbatasan diri, tidak berpura-pura dalam bersikap, dan tidak mencoba menutupi kenyataan tentang dirinya. Bersikap jujur terhadap diri sendiri dan klien, serta konsisten antara kata dan perbuatan.

Konselor diharapkan pula dapat memiliki sense of humor, self discipline, self responsibility, danpositive self concept. Selain itu, konselor harus memiliki pengetahuan, wawasan, dan pemahaman tentang karakteristik perkembangan manusia, berpikir dan bersikap kreatif, dan bersikap aktif dalam mengembangkan komunikasi.

G.       Konseling Sebagai Bantuan

Tidak ada seorang manusia pun yang tidak membutuhkan bantuan dari orang lain. Menurut Lewis, alasan-alasan pokok seorang selalu membutuhkan konseling, yaitu :
1)      Seseorang mengalami semacam ketidakpuasan pribadi, dan tidak mampu mengatasi atau mengurangi ketidakpuasan tersebut.
2)      Seseorang memasuki dunia konseling dengan kecemasan, cemas memandang proses konseling itu sebenarnya seperti apa, bagaimana, dan macam-macam dugaan.
3)      Seseorang yang membutuhkan konseling itu sebenarnya tidak mempunyai gambaran yang jelas tentang sesuatu yang mungkin terjadi.

Konseling sebagai sebuah proses pemberian bantuan kepada individu dilaksanakan melalui berbagai macam layanan. Tujuannya adalah tetap memberikan konseling dengan cara-cara yang lebih menarik, interaktif, dan tidak terbatas oleh tempat, tetapi juga tetap memperhatikan asas-asas dan kode etik dalam bimbingan dan konseling. Konseling mengandung makna proses antar pribadi yang berlangsung melalui saluran komunikasi verbal dan non-verbal.

Konseling berbeda dengan bimbingan, namun memiliki tingkat kesesuaian yang tercakup dalam bimbingan konseling. Bimbingan adalah relasi yang bertujuan menolong individu dari ketidakpahaman dan ketidaktahuannya dalam menghadapi sebuah permasalahan. Sedangkan konseling bertujuan menyelesaikan permasalahan setuntas-tuntasnya, agar individu mendapatkan informasi dan orientasi dari langkah yang akan dilakukan dalam menghadapi permasalahannya baik itu masalah pribadi, sosial, pekerjaan, pendidikan, karier, dan masih banyak lagi lainnya. Kesamaannya terletak pada tujuan untuk semakin mengembangkan individu tersebut dalam setiap aspek-aspek kehidupannya.

Pelayanan BK di sekolah lebih menekankan pada cinta kasih, dengan cinta kasih, seorang konselor lebih empati kepada kliennya. Relasi menjadi lebih baik, hangat, penuh penerimaan antara konselor dengan klien sehingga peserta didik mudah untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan sekolahnya. Memang, nilai BK tidak dicantumkan dalam rapor, tetapi hasil dari proses pelayanan BK di sekolah dapat dilihat pada perubahan diri seseorang, baik sikap, perilaku, pikiran, dan perasaannya yang menjadi lebih baik.


REFERENSI :
1.      Ahman. (1998). Bimbingan Perkembangan Model Bimbingan di SD. Bandung : Disertasi PPS IKIP
2.      Bandung Depdikbud. (1994/1995). Petunjuk Bimbingan dan Penyulihan di SD. Jakarta : Dirjen Dikdasmen
3.      Juntina Nurihsan. (2005). Manajemen Bimbingan dan Koseling di SMA. Jakarta : Gramedia Sunaryo,
4.      Kartadinata. (1998/1999). Bimbingan di SD. Jakarta : DirjenDikti.
5.      BBM 1 Hakikat  Bimbingan konseling di SD
6.      BBM 2 Teknik Memahami Perlembangan Murid
7.      Nurihsan Juntika (2002). Pengantar BK Nas. Semarang Aneka Islam Bandung :
8.      Refika Utama Nurihsan Juntika dan Akun Indianto (2005). Manajemen BK di SD Kurikulum 2004. Jakarta :
9.      Gramedia Sumarno, H 7 Agung Hartono B (1994) Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Dirjen Dikti Depdiknas.


Sumber Lain :
http://bim-sd.blogspot.co.id/2011/09/konsep-dasar-bmbingan-dan-konseling.html
http://sheringholala.blogspot.co.id/2017/05/tujuan-bimbingan-dan-konseling-di.html



THE ENERGY of THE GOJUKAI KARATE-DO

  The Energy of The Gojukai Karate-Do   Introduction Karate-Do, born from the noble culture of Japanese society, has been developed by...